Suara.com - Sebuah penelitian terbaru mematahkan anggapan manusia purba berjalan seperti kera. Beberapa manusia purba berjalan menggunakan kaki belakang seperti manusia sekarang,
Meskipun begitu, mereka tidak kehilanngan kemampuan mirip kera seperti memanjat pohon. Hal ini diungkap melalui analisis kerangka milik Ardipithecus ramidus berusia 4,4 juta tahun yang dijuluki Ardi, menyarankan hominin prasejarah ini bisa berjalan seperti manusia sekarang.
Penemuan ini menunjukkan, nenek moyang kita berjalan seperti manusia modern jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, dan itu menantang ide-ide dasar tentang bagaimana mereka berperilaku.
"Ini mematahkan dari paradigma lama berpikir tentang evolusi manusia," kata Profesor Herman Pontzer, salah satu antropolog yang melakukan analisis.
“Dalam gambaran lama, evolusi manusia pergi ke goa dengan berjalan jongkok menjadi tegak seperti manusia modern dan ternyata tidak benar. Orang pertama berdiri tegak seperti manusia sekarang," terangnya.
Alih-alih hadir pada spektrum sederhana "seperti kera" hingga "mirip manusia", Profesor Pontzer mengatakan, solusi yang lebih kompleks berkembang yang memungkinkan leluhur kita mahir di tanah dan di pepohonan.
Hasil analisis ini, yang dipimpin oleh mahasiswa pascasarjana Elaine Kozma di City University of New York, diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences.
Para peneliti mengasumsikan bahwa manusia purba seperti Australopithecus berusia 3,1 juta tahun, Lucy, bukanlah pejalan kaki mahir karena sebagian mereka beradaptasi dengan hidup di pepohonan.
Untuk menguji ini, Kozma dan kolaboratornya melihat tulang pinggul spesimen kuno milik Ardi, Lucy dan lain-lain.
Baca Juga: Tengkorak Manusia Purba Korban Tsunami Tertua di Dunia Ditemukan
Mereka juga memeriksa kera yang hidup termasuk simpanse dan owa, memfilmkan gerakan mereka untuk mengamati bagaimana pinggul dan kaki mereka bekerja ketika mereka mengadopsi gaya berjalan tegak.
Berdasarkan pengamatan ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia yang telah punah, pada dasarnya memiliki gerakan yang sama seperti yang terlihat pada manusia modern.
Kesimpulan ini masuk akal, menurut Profesor Pontzer, berjalan dengan gaya jongkok yang sering digambarkan dalam gambar terkenal itu akan membutuhkan banyak energi.
“Dari sudut pandang evolusioner, kehidupan bermuara pada mengubah kalori menjadi bayi, dan kalori yang terbuang pada cara berjalan yang tidak efisien, tidak dapat digunakan untuk hal-hal lain yang benar-benar disukai oleh seleksi alam,” katanya.
Menariknya, kemampuan berjalan tampaknya tidak datang dengan mengorbankan kemampuan lain dalam mahluk purba ini.
“Ini menunjukkan pada kenyataannya ada solusi lain yang berkembang yang memungkinkan leluhur awal kita menjadi baik pada keduanya, seperti memanjat dan berjalan, dengan cara yang tidak kita lihat pada kera hidup atau manusia yang hidup,” kata Profesor Pontzer. [Independent]