Selain BNPB, NASA Juga Pantau Aktivitas Gunung Anak Krakatau

Rabu, 26 Desember 2018 | 13:44 WIB
Selain BNPB, NASA Juga Pantau Aktivitas Gunung Anak Krakatau
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12).[ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras]

Suara.com - Bencana tsunami Selat Sunda banyak mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, pasalnya tsunami tersebut tidak diawali dengan gempa tektonik. Tak hanya  BMKG, NASA ternyata juga ikut mengawasi pergerakan Gunung Anak Krakatau.

Teori awal dari para ahli mengatakan bahwa tsunami terjadi bukan karena gempa vulkanik.

Analisis awal mengatakan bahwa longsor seluas 64 hektar dari Gunung Anak Krakatau diduga menjadi penyebab tsunami Selat Sunda. Efek dari tsunami yang tidak terduga itu sangat mematikan.

Data sementara yang didapat pada Selasa (25/12/2018) pukul 13.00 WIB, total korban tewas yang terkena tsunami mencapai 429 orang.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan bahwa selain korban tewas, sebanyak 1.485 orang juga mengalami luka-luka dan 154 orang dinyatakan hilang.

Mengingat sejarahnya yang sangat mematikan dan aktivitas gunung Anak Krakatau yang sangat aktif, NASA ternyata ikut memantau gunung aktif satu ini.

Menggunakan satelit EO-1 (Earth Observing-1), Anak Krakatau dan puluhan gunung berapi lainnya ikut dipantau oleh NASA.

Mengingat sejarahnya juga pernah ''menutupi'' daerah Eropa, NASA ikut memantau perkembangan gunung ini.

Gunung Anak Krakatau terbentuk dari salah satu ledakan terkuat yang pernah ada dalam sejarah yang dikenal dengan ledakan Gunung Krakatau. Gunung itu meledak pada tanggal 23 Agustus 1883.

Ledakannya setara dengan 3.000 bom atom Hiroshima atau 26 kali lebih kuat dari bom hidrogen terkuat saat ini.

Tsunami setinggi 100 kaki atau 30,5 meter langsung tercipta setelah ledakan terjadi.

Gunung Anak Krakatau yang diambil dari ketinggian. (NASA)
Gunung Anak Krakatau yang diambil dari ketinggian. (NASA)

Ledakan Gunung Krakatau tersebut melemparkan batu apung sejauh 5.331 kilometer 10 hari kemudian.

Korban yang tewas mencapai 36.489 orang dan ledakan itu berhasil menghilangkan 165 desa serta hampir menghancurkan 132 desa lainnya.

Dalam penjelasan detail di situs resmi NASA, gunung Anak Krakatau merupakan laboratorium alami untuk menyaksikan perkembangan suatu ekosistem.

Semua tanaman yang terlihat tumbuh di pulau sekitar gunung Anak Krakatau berasal dari biji yang melayang di laut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI