Celurut Gajah Ditemukan Kembali di Afrika setelah 50 Tahun

BBC Suara.Com
Senin, 24 Agustus 2020 | 21:55 WIB
Celurut Gajah Ditemukan Kembali di Afrika setelah 50 Tahun
[BBC].

Suara.com - Mamalia yang berkerabat dengan gajah tapi berukuran sekecil tikus ditemukan kembali di Afrika setelah 50 tahun.

Keberadaan tikus gajah terakhir kali dicatat secara ilmiah pada tahun 1970-an - sehingga ia disebut sebagai "spesies yang hilang" - meskipun ada penampakan lokal.

Spesies itu ditemukan dalam keadaan hidup dan sehat di Djibouti, sebuah negara area yang dikenal sebagai "Horn of Africa", di Afrika, dalam satu ekspedisi ilmiah.

Celurut gajah, atau sengi, bukanlah celurut atau gajah, tetapi berkerabat dengan aardvark, gajah, dan manate (lembu laut).

Mereka memiliki bentuk hidung yang khas, seperti belalai, yang mereka gunakan untuk memakan serangga.

Terdapat 20 spesies sengi di dunia, dan sengi Somalia (Elephantulus revoilii) adalah salah satu yang paling misterius. Spesies ini diketahui sains hanya dari 39 individu yang dikumpulkan puluhan tahun lalu dan disimpan di museum. Ia sebelumnya hanya dikenal dari Somalia, karena itulah dinamakan sengi Somalia.

Steven Heritage, seorang peneliti di Duke University Lemur Center di Durham, AS, dan anggota ekspedisi ke Tanduk Afrika pada 2019, mengatakan ia sangat senang bisa menempatkan spesies tersebut "kembali masuk dalam radar".

Ia berkata kepada BBC: "Kami sangat bersemangat dan gembira ketika membuka jebakan pertama yang di dalamnya ada seekor celurut gajah, seekor sengi Somalia.

"Kami tidak tahu spesies mana yang ada di Djibouti dan ketika kami melihat ciri diagnostik berupa ekor berumbai kecil, kami saling menatap dan kami tahu bahwa itu adalah sesuatu yang istimewa."

Baca Juga: Gara-gara Tikus sebuah Showroom Mobil Kebakaran, Kerugian Capai Rp 140 M

Para ilmuwan telah mendengar laporan penampakan di Djibouti, dan Houssein Rayaleh, seorang ahli ekologi dan konservasi asal Djibouti yang bergabung dalam perjalanan tersebut, yakin bahwa ia pernah melihat hewan itu sebelumnya.

Ia mengatakan, meski orang-orang di Djibouti tidak pernah menganggap sengi "hilang", penelitian baru ini mengembalikan sengi Somalia ke komunitas ilmiah, suatu kontribusi yang sangat dihargai.

"Bagi Djibouti, ini adalah kisah penting yang menyoroti keanekaragaman hayati yang luar biasa di negara dan wilayah tersebut dan menunjukkan bahwa ada peluang untuk ilmu pengetahuan dan penelitian baru di sini," ujarnya.

Umpan selai kacang

Tim ekspedisi memasang lebih dari 1.000 perangkap di 12 lokasi, memasang umpan berupa campuran selai kacang, oatmeal, dan ragi. Mereka menangkap satu hewan itu dalam perangkap pertama yang mereka pasang di lanskap kering berbatu di Djibouti.

Secara total, mereka melihat 12 sengi selama ekspedisi mereka dan untuk pertama kalinya mendapatkan foto dan video celurut gajah Somalia yang masih hidup untuk dokumentasi ilmiah.

Mereka tidak melihat adanya ancaman langsung terhadap habitat spesies tersebut, yang tidak dapat diakses dan jauh dari pertanian dan pembangunan manusia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI