Indonesia Perlu Bangun Lebih Banyak Pusat Studi China

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 02 Juni 2021 | 17:53 WIB
Indonesia Perlu Bangun Lebih Banyak Pusat Studi China
Indonesia harus membangun lebih banyak pusat studi China. Foto: Mobil listrik Wuling E200. Wuling adalah salah satu merek asal China terkemuka di Tanah Air. [Wuling.id]

Sementara itu, impor yang dilakukan Indonesia dari China tercatat mencapai 41 miliar miliar dolar (Rp 586.1 triliun)

Neraca perdagangan lebih berat di pihak China
Salah satu alasan paling krusial adalah Indonesia belum mampu mengidentifikasi jenis produk apa yang banyak diminati di China.

Wang Runsheng, Presiden China Foreign Trade Center – lembaga di bawah Kementerian Perdagangan Tiongkok – menyatakan bahwa salah satu cara Indonesia untuk mengatasi penurunan ekspor komoditas primer ke China adalah dengan meneliti produk-produk yang dibutuhkan oleh masyarakat China.

Untuk menyeimbangkan pijakan ekonomi China di Indonesia, pemerintah Indonesia perlu memiliki pemahaman yang tepat tentang bagaimana China bekerja di luar negeri dan strategi yang mereka gunakan serta bagaimana memanfaatkan kebangkitan ekonomi Tiongkok.

Pemahaman budaya tidak cukup
Mempelajari budayanya saja tidak cukup untuk memahami China.

Dalam dunia sekarang ini, ekonomi adalah senjata bagi para pelaku hubungan internasional untuk mempengaruhi dan mencari keuntungan bagi negaranya.

Indonesia perlu mengkaji strategi dan pertumbuhan kemajuan ekonomi Tiongkok dengan memobilisasi ilmuwan terbaiknya untuk membantu pembuat kebijakan merumuskan kebijakan yang bermanfaat.

Selain itu, melihat pola kerja sama yang telah dibentuk China dan strategi pembangunan ekonominya yang berhasil akan memberikan pengetahuan penting dan terkini tentang ekonomi terbesar kedua di dunia.

Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan pusat studi budaya untuk memahami China dan gerakannya.

Baca Juga: Perdana, Sulawesi Tengah Ekspor Rempah-rempah Langsung ke Tiongkok

Cetak biru strategi pembangunan global China, yaitu Belt and Road Initiatives (Inisiatif Sabuk dan Jalan), menyatakan bahwa mengejar pertukaran budaya dan akademis antara Tiongkok dan mitranya bertujuan untuk melegitimasi implementasi proyek China Intinya, pertukaran budaya dan akademik didasarkan pada kepentingan ekonomi.

Pada akhirnya, pengerahan pengaruh budaya China merupakan bagian dari upaya untuk memajukan kepentingan ekonominya.

Artikel ini sebelumnya tayang di The Conversation.

The Conversation

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI