Dilansir dari Live Science, Senin (5/7/2021), para ahli melakukan dua analisis terpisah untuk menguji vaksin Johnson & Johnson terhadap varian Delta.
Analisis pertama didasarkan data dari delapan peserta yang terlibat dalam uji coba fase III perusahaan.
Data mengungkapkan bahwa vaksin menghasilkan antibodi terhadap varian Delta.
Sementara analisis kedua, dilakukan para peneliti di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, menganalisis data dari 20 peserta yang terdaftar dalam uji klinis sebelumnya.
Para ahli menemukan bahwa vaksin Johnson & Johnson melindungi seseorang dari Covid-19, setidaknya selama delapan bulan dan menghasilkan antibodi terhadap berbagai varian virus yang menjadi perhatian, termasuk Delta.
Tingkat antibodi yang dihasilkan meningkat seiring waktu.
![Tes Antibodi Covid-19. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/09/57078-tes-antibodi-covid-19.jpg)
Biasanya, orang-orang memiliki jumlah rata-rata antibodi yang lebih tinggi delapan bulan setelah divaksinasi dibandingkan dengan 29 hari setelah divaksinasi.
"Data selama delapan bulan yang dipelajari sejauh ini menunjukkan bahwa vaksin tunggal Johnson & Johnson, menghasilkan respons antibodi penetralisir yang kuat, yang meningkat dari waktu ke waktu," kata Dr. Mathai Mammen, kepala global Janssen Research & Development di Johnson & Johnson.
Di sisi lain, Moderna dan Pfizer sebelumnya sama-sama mengumumkan bahwa vaksin buatannya mampu melindungi setidaknya selama enam bulan.
Baca Juga: Target Vaksin Tak Tercapai, Warga Cemas Sambut HUT AS di Tengah Gempuran Varian Delta