China Kian Penting, Indonesia Butuh Banyak Orang yang Bisa Berbahasa Mandarin

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 23 Agustus 2021 | 21:16 WIB
China Kian Penting, Indonesia Butuh Banyak Orang yang Bisa Berbahasa Mandarin
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menerima kunjungan dari Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Parapat, Sumatera Utara, Selasa (12/1/2021). (Foto dok. Kemenko Marves)

Willy Berlian, Ketua Federasi Pendidikan Bahasa China Indonesia mengatakan, meski sistem sekolah formal telah menambahkan pendidikan bahasa Mandarin dan memasukkan bahasa China ke dalam pengajaran bahasa asing, masih tetap sulit mengintegrasikan pendidikan bahasa China ke dalam sistem pendidikan Indonesia. Hal ini karena tidak ada aturan standar yang diterapkan oleh lembaga-lembaga bahasa China di Indonesia.

Selain itu, kurangnya tenaga pengajar juga menghambat pengajaran bahasa China di sekolah-sekolah umum Indonesia.

Pemerintah kurang berupaya

Hingga tahun 2005, belum ada perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki program pendidikan guru bahasa China.

Peraturan pemerintah mengharuskan sebuah universitas memiliki minimal enam dosen dengan kualifikasi master dalam pendidikan bahasa China.

Selama perguruan tinggi tidak menyediakan program studi pendidikan bahasa China, sulit bagi Indonesia untuk menghasilkan guru bahasa China.

Komunitas Tionghoa di Indonesia telah mendukung Kementerian Pendidikan untuk berupaya meningkatkan jumlah kursus bahasa China melalui lembaga pendidikan formal di berbagai provinsi.

Jumlah kursus bahasa China berkembang pesat di empat kota besar yaitu Jakarta, Surabaya di Jawa Timur, Bandung di Jawa Barat, dan Medan di Sumatera Utara pada 2000, menyebar ke 20 provinsi di Indonesia pada 2019.

Pemerintah Indonesia juga telah berusaha mengirimkan staf pengajar ke China untuk mengikuti pelatihan pengajaran bahasa China dan mengundang instruktur bahasa China ke Indonesia.

Baca Juga: Manfaat Belajar Bahasa Mandarin bagi Anak-anak

Namun, ini tidak terlalu berhasil karena sekolah harus membayar biaya visa untuk mempekerjakan guru baru, dan banyak sekolah tidak mampu membayar biaya tersebut.

Perkembangan mulai tampak secara bertahap ketika sebuah inisiatif yang dibentuk di bawah kerja sama antara lembaga pendidikan Cihna dan Indonesia yang disebut Confucius Institutes (CI), pertama kali didirikan pada 2011.

Institusi ini juga memberikan kursus bahasa China, melatih guru atau calon guru, dan melaksanakan tes HSK.

Selain itu CI juga menawarkan beasiswa bagi orang Indonesia untuk belajar bahasa di China, sehingga ketika mereka kembali ke Indonesia mereka dapat menjadi tenaga pengajar bahasa China.

Namun, banyak dari mereka yang kembali lebih memilih bekerja di perusahaan China, yang membayar mereka dua kali lipat daripada menjadi guru.

Meski kontrak beasiswa menetapkan bahwa mereka harus mengajar bahasa China saat mereka kembali, banyak yang tidak memenuhi kontrak dan memilih untuk bergabung dengan perusahaan China.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI