Pada fitur ini, pengunjung dapat melihat sejarah aksara Nusantara dari masing-masing aksara. Demikian pula informasi digitalitasi aksara tersebut, misalnya status Unicode, font Unicode yang tersedia, pendaftaran ke Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan sebagainya.
"Keberadaan website merajutindonesia.id ini merupaka respons terhadap globalisasi dan modernisasi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang menjadi ciri suatu masyarakat Indonesia. Mimdan akan terus berupaya agar generasi berikutnya tetap bisa mengetahui aksara Nusantara melalui platform digital,” tambah Fajar.
Senada dengan Pandi, Dadan Sutisna selaku pemimpin redaksi merajutindonesia.id mengungkapkan bahwa aplikasi seperti ini sangat dibutuhkan masyarakat. Pada dasarnya, aksara-aksara di Nusantara memiliki banyak kemiripan sehingga memungkinkan untuk dirajut dalam satu aplikasi mandiri.
"Aplikasi ini dapat langsung digunakan tanpa harus memasang banyak fon. Nantinya pengguna bisa mencoba menulis dengan memilih salah satu aksara, kemudian mengalihkan ke dalam huruf Latin dan sebaliknya. Selain itu, ada juga fitur pengenalan karakter untuk masing-masing aksara," katanya.
Sampai saat ini baru ada beberapa aksara yang tercatat di Unicode, yaitu Bali, Sunda, Jawa, Lontaraq (Bugis), Batak dan Rejang (Surat Ulu). Kendala lainnya adalah masalah standardisasi untuk transliterasi dan papan ketik. Namun, atas upaya Pandi dan BSN, masalah ini akan teratasi dalam waktu dekat setelah beberapa aksara nusantara mendapat standar ISO. [Antara]