Kontroversi Masa Bersiap, Mendalami Polemik Periode Kekerasan Pasca-Proklamasi Indonesia

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 29 Januari 2022 | 16:24 WIB
Kontroversi Masa Bersiap, Mendalami Polemik Periode Kekerasan Pasca-Proklamasi Indonesia
Masa Bersiap jadi pembicaraan hangat setelah sejarahwan Bonnie Triyana dilaporkan ke polisi Belanda. Pemicunya karena ia menulis opini berjudul Hapus Istilah Bersiap, karena Rasis di media Belanda. Bonnie adalah salah satu kurator pameran tentang Revolusi Indonesia di Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda yang akan digelar pada Februari 2022. Foto: Poster pameran bertajuk Revolusi! di website resmi Rijkmuseum. Diakses pada Sabtu (29/1/2022). [www.rijkmuseum.nl]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hingga kini, hal yang menonjol dalam debat mutakhir adalah dikotomi Indonesia lawan Belanda. Seakan-akan ada dua kubu yang secara mutlak bertolak belakang, masing-masing seragam bersatu-padu di kubunya.

Untung, tidak semua warga di Belanda maupun Indonesia termakan pandangan hitam-putih demikian. Namun seperti biasa, suara yang paling ekstrem dalam sebuah kontroversi terdengar paling nyaring di ruang publik.

Tidak hitam putih

Masyarakat Belanda maupun Indonesia tidak seragam menanggapi Bersiap. Buktinya Rijkmuseum dijepit dua tuduhan hukum yang bertolak-belakang. Ia digugat Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda bila tetap menggunakan istilah Bersiap. Sebelumnya museum itu (selain Bonnie) diancam akan digugat oleh Federatie Indische Nederlanders (FIN) atau Federasi Indo Belanda bila tidak menggunakan istilah yang sama.

Para penggugat dan tergugat sama-sama warga Belanda. Tapi tak satu pun di antara mereka mewakili masyarakat Belanda secara umum.

Maka aneh jika ada tuduhan bahwa istilah Bersiap dimaknai secara tunggal di sana dan “selalu menampilkan pelaku kekerasan semata hanya orang Indonesia yang dipersepsikan biadab”.

Seandainya masyarakat Belanda masa kini secara umum serasis yang dibayangkan dalam debat itu, mungkin tak akan ada pameran tentang revolusi Indonesia di sana tahun ini. Tidak ada orang Indonesia diundang jadi anggota tim kuratornya. Tak ada debat tentang Bersiap yang sekarang marak.

Tuduhan bahwa Indonesia menyangkal Bersiap sama sesatnya dengan tuduhan Belanda menyangkal kejahatan kolonialisme Belanda. Sudah beberapa tahun orang Indonesia membahas topik Bersiap, walau topik itu diabaikan dalam wacana kenegaraan resmi. Bahkan majalah Historia yang dipimpin Bonnie sendiri ikut menggunakan istilah itu.

Kejahatan tentara Belanda (di bawah komandan pasukan Belanda Raymond Westerling yang terkenal dengan Pembantaian Westerling 1946-1947 di Sulawesi Selatan) semasa Revolusi Indonesia dibongkar habis-habisan dalam film De Oost, produksi Belanda sendiri.

Baca Juga: Ulasan Buku Serdadu Afrika di Hindia Belanda 1831-1945

Wacana resmi sejarah nasional disusun dengan kerangka dikotomis penjajah/terjajah, kawan/lawan, baik/jahat. Nyaris tak ada ruang di antara atau di luar dua kubu yang dipertentangkan secara mutlak-mutlakan itu. Pemikiran resmi itu berkembang-biak dalam kehidupan sosial sehari-hari dalam berbagai bentuk, dari pidato, poster, film, sampai komik dan lawakan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI