Suara.com - Riot Games menuntut NetEase atas pelanggaran hak cipta. Mereka menuding kalau Hyper Front adalah game yang meniru Valorant.
Hyper Front sendiri adalah game first person shooter (FPS) 5v5 atau lima versus lima.
Berbeda dengan Valorant yang sejatinya game PC/laptop, Hyper Front adalah game yang dimainkan di ponsel Android atau iOS.
Gugatan Riot ini diajukan ke berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Inggris dan Jerman.
Ia mengaku, Hyper Front telah menjiplak bagian penting dari Valorant seperti karakter, peta, senjata, skin senjata, dan charms.
Tuduhan ini dibuktikan dengan berbagai screenshot yang dibagikan Riot, yang mana itu menunjukkan kalau unsur Valorant ditiru game NetEase.
![Riot Games. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/06/10/59346-riot-games.jpg)
Mereka juga menuding kalau NetEase telah memodifikasi Hyper Front saat mengangkat masalahnya secara pribadi dengan perusahaan.
Meski sudah diubah, Riot tetap mengaku kalau itu melanggar hak cipta dan menginginkan game tersebut ditutup.
"Semua pilihan kreatif kami tercermin dalam game NetEase," kata pengacara Riot, Dan Nabel, dikutip dari Eurogamer, Senin (12/12/2022).
Baca Juga: Kolaburasi Xbox - Riot Games, Banjir Benefit di Xbox Game Pass! Buruan Serbu
"Kami tidak berpikir bahwa mengubah warna kemampuan karakter atau sedikit mengubah tampilan visual mengubah fakta bahwa itu adalah pelanggaran hak cipta. Seperti pepatah lama: ada bisa mengoleskan lipstik pada babi, tapi itu tetap babi," tukas dia.
Belum diketahui seberapa banyak pemain Hyper Front saat ini. Namun data dari Google Play Store menunjukkan kalau game ini telah diunduh lebih dari 1 juta kali dan diulas (review) hingga 50.000 kali.