Taliban Mulai Membeli Tanda Centang Biru di Twitter

Dythia Novianty
Taliban Mulai Membeli Tanda Centang Biru di Twitter
Ilustrasi Twitter. [StockSnap/Pixabay]

Taliban mulai menggunakan fitur verifikasi berbayar Twitter, yang berarti beberapa akun mereka sekarang memiliki tanda centang biru.

Suara.com - Taliban mulai menggunakan fitur verifikasi berbayar Twitter, yang berarti beberapa akun mereka sekarang memiliki tanda centang biru.

Sebelumnya, tanda centang biru menunjukkan "akun aktif, penting, dan autentik untuk kepentingan publik" yang diverifikasi oleh Twitter, dan tidak dapat dibeli.

Kini, pengguna dapat membelinya melalui layanan Twitter Blue yang baru.

Setidaknya dua pejabat Taliban dan empat pendukung terkemuka di Afghanistan saat ini menggunakan tanda centang.

Baca Juga: Emosi kepada Kepala Daerah yang Tolak Timnas Israel, Gibran: Kalau Mau Protes kenapa Baru Sekarang?

Hedayatullah Hedayat, kepala departemen Taliban untuk "akses ke informasi", sekarang memiliki tanda centang.

Akunnya memiliki 187.000 pengikut dan dia secara teratur memosting informasi terkait pemerintahan Taliban.

Dia telah menghapus centang birunya bulan lalu, menurut media lokal, tetapi sekarang telah kembali.

Abdul Haq Hammad, kepala pengawas media di Kementerian Informasi dan Kebudayaan Afghanistan, juga memiliki tanda centang biru di akunnya yang memiliki 170.000 pengikut.

Dilansir laman BBC, Selasa (17/1/2023), pendukung terkemuka Taliban juga mendapatkan tanda centang biru.

Baca Juga: 'Apakah Kita Chaos?', Perkataan Anggota DPR Ini saat Bahas Impor KRL Jepang Buat Marah Pengguna Manggarai!

Muhammad Jalal, yang sebelumnya diidentifikasi sebagai pejabat Taliban, memuji pemilik baru Twitter pada Senin (16/1/2023), menyatakan bahwa Elon Musk "membuat Twitter hebat kembali".

Kehadiran Islamis garis keras di Twitter telah menjadi topik kontroversi selama beberapa waktu.

Di bawah kebijakan baru Twitter, tanda centang emas menunjukkan bisnis, sedangkan tanda centang abu-abu untuk pengguna lain, seperti otoritas pemerintahan.

Pejabat dan pendukung Taliban adalah pengguna Twitter yang produktif, menggunakan platform tersebut untuk menyebarkan pesan-pesan penting.

Twitter tidak menanggapi permintaan komentar.