Indonesia Masuk Negara dengan Kekerasan Digital Tertinggi

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 17 Maret 2024 | 09:05 WIB
Indonesia Masuk Negara dengan Kekerasan Digital Tertinggi
Ilustrasi stalker. [Freepik/Dragana_Gordic]

Dari mereka yang ditanyai untuk laporan ini, 23 persen orang di seluruh dunia mengungkapkan
bahwa mereka pernah mengalami semacam penguntitan online dari seseorang yang baru saja mereka kencani.

Ilustrasi Hacker (Pexels/Mikhail Nilov)
Ilustrasi Hacker (Pexels/Mikhail Nilov)

Selain itu, secara keseluruhan 40 persen melaporkan pernah atau diduga mengalami penguntitan.

Di sisi lain, 12 persen mengaku memasang atau mengatur parameter pada ponsel pasangannya, sementara sembilan persen mengakui menekan pasangannya untuk memasang aplikasi pemantauan.

Namun demikian, gagasan memantau pasangan tanpa sepengetahuan mereka tidak disetujui oleh sebagian besar individu (54 persen), yang mencerminkan sentimen umum terhadap perilaku tersebut.

Mengenai sikap terhadap pemantauan aktivitas online pasangannya secara konsensual, 45 persen responden menyatakan ketidaksetujuannya, dan menyoroti pentingnya hak privasi.

Sebaliknya, 27 persen mendukung transparansi penuh dalam hubungan, memandang pemantauan berdasarkan konsensus adalah hal yang tepat, sementara 12 persen menganggap pemantauan hanya dapat diterima jika kesepakatan bersama tercapai.

Menurut David Emm, pakar keamanan dan privasi data di Kaspersky, sebaiknya kita meningkatkan kehati-hatian, terutama terkait data sensitif seperti kata sandi perangkat keamanan.

"Wawasan ini menggarisbawahi pentingnya membina komunikasi terbuka dalam hubungan, menetapkan batasan yang jelas, dan mendorong literasi digital," ujarnya dalam keterangan resminya, Minggu (17/3/024).

Baca Juga: Waspadai Phising Manfaatkan Momen Oscar

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI