Suara.com - Samsung disebut tak lagi menggunakan teknologi kecerdasan (artificial intelligence atau AI) buatan Google, Gemini. Sebagai gantinya, mereka bakal menggunakan Perplexity, teknologi AI yang juga dibuat perusahaan AS.
Disebutkan kalau perusahaan asal Korea Selatan itu sedang berdiskusi dengan Perplexity. Namun tak hanya Samsung, Motorola juga dilaporkan tengah berunding dengan mereka.
Bahkan perusahaan yang diakuisisi Lenovo itu telah mencapai kesepakatan dengan Perplexity. Mereka kemungkinan bakal mengumumkan hasil kerja sama pada 24 April 2025 mendatang.
Diketahui tanggal itu juga menjadi acara peluncuran HP lipat Motorola Razr generasi terbaru, sebagaimana dikutip dari Indian Express, Senin (21/4/2025).
Menurut laporan yang diungkap Bloomberg, diskusi Samsung dan Perplexity masih dalam tahap awal. Tapi narasumber yang mengetahui isu itu menyebut bahwa aplikasi AI bakal menyediakan tampilan dan nuansa baru yang dirancang khusus untuk ponsel lipat.
Jika laporan ini benar, maka kemitraan Samsung dan Perplexity bakal menjadi langkah menarik. Sebab sebelumnya mereka juga bekerja sama dengan Google soal teknologi AI.
Samsung sendiri pun sudah menanamkan investasinya di Perplexity lewat anak perusahaannya, Next. Kolaborasi ini disebut bakal berlanjut lewat investasi lain dalam beberapa bulan ke depan.
Efek lain, kerja sama ini juga berpotensi menggandakan valuasi Perplexity.
Apa itu Perplexity?
Baca Juga: Apple Naikkan Produksi iPhone, Samsung-LG Ikut Untung
Bagi yang belum tahu, Perplexity adalah mesin pencari dan chatbot yang berbasis kecerdasan buatan. Ini mirip seperti ChatGPT milik OpenAI ataupun Gemini buatan Google.
Perplexity sendiri telah menarik minat yang signifikan di antara pengguna ponsel karena tampilan antarmuka (user interface atau UI) yang dioptimalkan dengan baik yang menyerupai mesin pencari.
Saat ini Perplexity didukung oleh berbagai model dari OpenAI dan Anthropic. Keunggulan lainnya, platform turut menawarkan yang terbaik dari pencarian web dan AI generatif.
Aplikasi Perplexity saat ini tersedia untuk smartphone Android dan iOS yang bisa diunduh gratis. Namun bagi kalian yang ingin mencari fitur lanjutan, bisa juga berlangganan Perplexity Pro dengan biaya 20 Dolar AS (sekitar Rp 337 ribu) per bulan, mirip dengan ChatGPT Plus.
Apabila Perplexity menjadi asisten pintar bawaan di HP Samsung maupun Motorola, maka platform itu bisa menarik lebih banyak pengguna Android. Itu juga memberikan banyak opsi ke pengguna apakah mau memakai Perplexity atau Google Gemini.
Riset Samsung soal AI
Samsung Electronics meluncurkan hasil riset terbaru soal perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di kalangan anak muda Asia Tenggara, tak terkecuali Indonesia.
President and CEO of Southeast Asia and Oceania for Samsung Electronics, CU Kim mengatakan kalau riset ini bertajuk Samsung Youth 2024 yang melibatkan 884 responden di Indonesia, Malaysia, Filipina, serta Singapura dan Thailand. Survei ini dilakukan sejak Agustus hingga Oktober 2024.
Dalam temuannya, survei menunjukkan bahwa hampir 9 dari 10 anak muda sudah menggunakan AI dalam rutinitas sehari-hari mereka. Adapun platform utama yang mereka gunakan untuk mengakses layanan AI yakni lewat perangkat seluler.
Menurutnya, hal ini menyoroti peran dan potensi perangkat seluler dalam memberdayakan anak muda di Asia Tenggara saat ini dan di masa mendatang.
"Dalam temuan survei ini, menunjukkan bahwa anak muda di Asia Tenggara merupakan pengguna AI tertinggi dan percaya pada potensinya untuk membentuk karier masa depan mereka atau untuk mendorong kebaikan sosial," katanya dalam siaran pers, Jumat (18/4/2025).
Anak Indonesia pakai AI untuk belajar
Berdasarkan temuan survei, AI bukan lagi sebuah konsep masa depan bagi anak muda di Asia Tenggara, yang mana AI merupakan realitas masa kini yang memberdayakan mereka untuk berkembang dalam semua aspek kehidupan mereka.
Sebanyak 9 dari 10 pemuda telah memasukkan perangkat dan layanan AI ke dalam rutinitas harian mereka, menggunakannya untuk belajar, berkreasi, tetap mendapatkan informasi, dan mendorong perubahan positif di komunitas mereka.
Secara khusus, tiga penggunaan AI harian teratas adalah untuk belajar (78 persen), kreativitas (56 persen), dan untuk mendapatkan informasi (38 persen).
Sementara untuk responden Indonesia memiliki sedikit perbedaan yaitu 73 persen untuk belajar, 56 persen untuk kreativitas, dan 32 persen untuk mendapatkan informasi.
Perangkat seluler menjadi faktor utama dalam meningkatkan penggunaan AI di kalangan anak muda Asia Tenggara dengan persentase 60 persen. Sedangkan khusus Indonesia, 78 persen responden remaja lebih memilih perangkat seluler sebagai sarana utama untuk mengakses teknologi berbasis AI.
"Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, karena semakin banyak anak muda yang mengharapkan perangkat seluler menjadi modal utama akses mereka ke AI di masa mendatang," lanjut Kim.
Dampak AI ke pekerjaan
Temuan lainnya, sebanyak 65 persen anak muda di Asia Tenggara percaya bahwa AI akan menciptakan peluang kerja baru. Angka ini bahkan lebih tinggi di Indonesia, dengan persentase 72 persen.
Di sisi lain, 81 persen anak muda Asia Tenggara, dan 65 persen di Indonesia, juga menyadari bahwa kehadiran AI kemungkinan akan menyebabkan hilangnya beberapa jenis pekerjaan.
"Kesadaran ini menunjukkan bahwa meskipun optimis, anak muda tetap realistis dan terdorong untuk membekali diri dengan keterampilan yang sesuai untuk menghadapi perubahan dunia kerja," papar Kim.
Dari sana, 70 persen anak muda mengaku berminat untuk meningkatkan kemampuan mereka serta mempelajari lebih lanjut soal teknologi AI.
Selain itu, lebih dari separuh responden di Asia Tenggara, termasuk 65 persen anak muda Indonesia, juga merasa bahwa AI berpotensi mengubah bidang pekerjaan mereka secara signifikan di masa depan.