Suara.com - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) baru saja mengeluarkan kebijakan baru soal kartu SIM tertanam atau embedded SIM (eSIM). Ternyata ini menjadi langkah awal untuk mencegah kejahatan siber.
Hal ini diungkapkan oleh Presiden Direktur PT ITSEC Asia Tbk, Joseph Edi Hut Lumban Gaol. Ia menilai kalau mencegah serangan siber bisa dimulai dari penerapan eSIM.
"Menurut saya itu langkah yang bagus. Intinya kan gini, dalam setiap layer telekomunikasi, pertukaran data, itu kan sifatnya lapisan-lapisan," ungkapnya saat ditemui di sela-sela acara Press Conference ITSEC: Cybersecurity Summit 2025 yang digelar di Glass House, Artotel Casa Kuningan, Jakarta, Senin (28/4/2025).
Joseph mencontohkan kalau eSIM ada di lapisan 'transportasi' karena operator seluler adalah penyedia bandwidth. Lewat eSIM maka mereka bisa menanamkan keamanan di level end-user, dalam hal ini pelanggan.
"Dengan eSIM itu kan berarti mau meng-embedded yang namanya security di level end-user, untuk autentikasi. Nah itu menurut saya strategis, penting," lanjutnya.
Joseph menilai kalau pemahaman masyarakat bidang keamanan siber harus melibatkan berbagai lapisan. Ia mengumpamakan seperti ekosistem jalan tol yang melibatkan banyak pihak untuk keamanan.
"Bayangkan gini ya, kan mereka itu penyedia jalan tol ya, pengelola jalan tol. Kalau jalan tolnya sendiri sudah bisa mengautentikasi setiap mobil yang masuk, driver-nya siapa, itu akan menjaga, sudah memberikan satu step bahwa security di dalam jalan tol itu sudah lebih baik," papar dia.
"Tapi bahwa tanggung jawab security-nya di pemilik kendaraan, atau manufaktur dari truknya, itu kan juga harus dilakukan. Jadi berbagai pihak harus menerapkan itu. Jadi semua layer itu terproteksi," pungkasnya.
![Presiden Direktur PT ITSEC Asia Joseph Edi Hut Lumban Gaol saat ditemui di Glass House, Artotel Casa Kuningan, Jakarta, Senin (28/4/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/28/69595-presiden-direktur-pt-itsec-asia-joseph-edi-hut-lumban-gaol.jpg)
Menkomdigi minta warga beralih ke SIM
Baca Juga: Teknologi AI Bikin Serangan Siber Makin Berbahaya
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid meminta masyarakat untuk mengganti kartu SIM fisik biasa menjadi Embedded Subscriber Identity Module atau e-SIM.
Ia menilai kalau teknologi eSIM menjadi kunci dalam melawan kebocoran data dan penyalahgunaan identitas yang kian mengancam. Lebih lagi eSIM juga bagian tak terhindarkan dari revolusi digital global yang menuntut keamanan dan efisiensi lebih tinggi.
“e-SIM adalah solusi masa depan. Dengan integrasi sistem digital dan pendaftaran biometrik, teknologi ini memberikan perlindungan ganda terhadap penyalahgunaan data serta kejahatan digital yang marak seperti spam, phishing, dan judi online,” katanya, dikutip dari siaran pers Komdigi, Senin (14/4/2025).
Meutya menjelaskan kalau e-SIM yang tertanam langsung dalam perangkat lebih dari sekadar pengganti kartu SIM fisik karena menghadirkan efisiensi bagi pengguna dan operator.
Selain meningkatkan keamanan data pribadi, teknologi ini juga memperkuat ekosistem Internet of Things (IoT) serta mendukung efisiensi operasional industri telekomunikasi.
Meutya turut menyoroti pentingnya pembatasan jumlah nomor seluler yang terdaftar atas satu Nomor Induk Kependudukan (NIK). Sesuai Peraturan Menteri Kominfo Nomor 5 Tahun 2021, saat ini berlaku batas maksimal tiga nomor per operator, atau total sembilan nomor untuk tiga operator berbeda.
“Ada kasus di mana satu NIK digunakan lebih dari 100 nomor. Ini sangat rawan untuk kejahatan digital dan membuat pemilik NIK yang sebenarnya harus menanggung akibat dari sesuatu yang tidak ia lakukan,” ungkap Meutya.
Sebagai langkah lanjutan, Kementerian Komdigi bakal menerbitkan Peraturan Menteri atau Permenkomdigi baru yang memperketat pengawasan terhadap pembatasan tersebut, sekaligus memperkuat aspek verifikasi identitas dalam proses registrasi.
Tak lupa Menkomdigi turut mengapresiasi operator seluler seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Smart Telecom yang telah menyediakan layanan migrasi ke e-SIM, baik di gerai maupun secara daring.
Menurutnya, Pemerintah RI mendorong operator untuk aktif mengedukasi masyarakat dalam kampanye migrasi sebagai bagian dari Gerakan Nasional Kebersihan Data Digital.
“Untuk saat ini, migrasi belum bersifat wajib. Namun, kami sangat menganjurkan masyarakat dengan perangkat yang sudah mendukung e-SIM untuk segera beralih. Ini demi keamanan data pribadi dan perlindungan terhadap penyalahgunaan identitas,” tegas Meutya.
Lebih lanjut Meutya menjelaskan, dengan populasi 280 juta jiwa dan 350 juta nomor seluler aktif, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam tata kelola data pelanggan.
Menkomdigi Meutya Hafid mengklaim kalau dirinya berkomitmen untuk membersihkan data seluler yang bermasalah dan membangun ekosistem digital yang aman, bersih, dan bertanggung jawab.
“Gerakan ini adalah untuk keamanan kita bersama. Migrasi e-SIM dan pembaruan data pelanggan akan menjadi fondasi penting menuju ruang digital Indonesia yang lebih sehat dan terpercaya,” pungkasnya.
Apa Itu eSIM?
eSIM (embedded SIM) adalah teknologi SIM card digital yang tertanam langsung di dalam perangkat, menggantikan SIM fisik yang biasanya harus dipasang dan dicabut secara manual.
Dengan eSIM, pengguna tidak lagi perlu memiliki kartu SIM fisik untuk mengakses jaringan seluler, karena semua informasi yang diperlukan untuk menghubungkan perangkat ke jaringan operator tersimpan secara digital di dalam perangkat tersebut.
Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mengaktifkan atau mengganti operator hanya dengan mengunduh profil eSIM melalui koneksi internet, tanpa perlu memasukkan kartu SIM fisik.
Keunggulan utama dari eSIM adalah kemudahan dan kenyamanannya. Pengguna dapat dengan mudah mengganti operator atau memilih paket data melalui pengaturan perangkat, tanpa harus berkunjung ke gerai operator atau mengganti kartu SIM secara fisik.
Selain itu, eSIM juga mendukung penggunaan perangkat dual SIM, dimana pengguna dapat menggunakan dua nomor telepon sekaligus, satu menggunakan kartu SIM fisik dan satu lagi menggunakan eSIM.
Teknologi ini juga lebih aman, karena tidak dapat dicabut dengan mudah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab jika perangkat hilang atau dicuri.
Keunggulan eSIM terletak pada fleksibilitasnya. Pengguna dapat dengan mudah mengganti operator atau menambahkan profil jaringan baru hanya dengan memindai kode QR atau menggunakan aplikasi resmi dari penyedia layanan.
Hal ini sangat memudahkan, terutama bagi mereka yang sering bepergian ke luar negeri dan membutuhkan akses ke jaringan lokal tanpa harus membeli kartu SIM baru.
Dari sisi desain, kehadiran eSIM memungkinkan produsen perangkat untuk menghilangkan slot SIM fisik, sehingga dapat menciptakan perangkat dengan desain yang lebih ramping, tahan air, dan tahan debu.
Di sisi lain, meskipun eSIM menawarkan banyak kemudahan, tidak semua perangkat dan operator di Indonesia sudah mendukung teknologi ini.
Beberapa perangkat yang sudah mendukung eSIM antara lain Apple, Samsung, dan Google. Sedangkan beberapa operator yang mulai mendukungnya adalah Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan XL Axiata.