Suara.com - Baru-baru ini, Samsung membuat keputusan besar yang memengaruhi dunia pengguna Android, terutama pengguna yang menyukai kebebasan dalam mengutak-atik perangkat.
Lewat pembaruan antarmuka terbaru OneUI 8, Samsung secara resmi menonaktifkan opsi untuk membuka kunci bootloader di semua lini perangkat. Keputusan ini tidak hanya berlaku pada versi stabil, tetapi juga menyasar versi beta, mencakup berbagai model mulai dari ponsel flagship seperti Galaxy S25 hingga perangkat lipat seperti seri Z Fold.
Langkah ini diperkirakan akan menimbulkan dampak besar, bukan hanya pada komunitas pengguna setia Samsung, tapi juga pada industri Android secara keseluruhan, di mana sejumlah produsen lain, termasuk Xiaomi, masih mempertahankan opsi untuk modifikasi sistem.
Dengan diberlakukannya pembaruan OneUI 8, semua perangkat Samsung yang menjalankannya secara otomatis tidak lagi mengizinkan proses pembukaan bootloader.
Informasi dari berbagai sumber internal menyatakan bahwa firmware versi terbaru ini secara aktif memblokir segala usaha yang dilakukan pengguna untuk membuka bootloader mereka.
Ini menandai perubahan kebijakan yang cukup tajam dibandingkan dengan versi-versi Android sebelumnya, yang masih memberi ruang bagi pengguna tingkat lanjut atau pengembang untuk melakukan kustomisasi sistem.
Selain itu, untuk pengguna yang sebelumnya telah membuka kunci bootloader di perangkat mereka, pembaruan OneUI 8 akan otomatis mengembalikan perangkat ke kondisi terkunci.
![Buka kunci bootloader. [9to5google]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/05/19/33759-buka-kunci-bootloader.jpg)
Ini berarti bahwa bahkan pengguna tingkat lanjut pun harus memilih antara terus menggunakan perangkat yang dapat dikustomisasi atau memperbarui ke versi sistem terbaru dan kehilangan akses terhadap modifikasi tingkat sistem.
Dilansir dari Xiaomi Time pada Senin (28/7/2025), keputusan Samsung ini mencerminkan arah baru dalam industri teknologi ponsel pintar, khususnya dalam ekosistem Android. Ada dorongan kuat dari para produsen untuk memperketat kontrol atas sistem operasi mereka.
Baca Juga: HyperOS 3 Segera Rilis, 9 HP Xiaomi Favorit Pengguna Indonesia Ini Tidak Lagi Terima Update
Selain pertimbangan keamanan, langkah ini juga sejalan dengan regulasi digital baru dan kebijakan keamanan perusahaan yang menuntut tingkat perlindungan yang lebih tinggi terhadap data pengguna serta integritas perangkat.
Di tengah kebijakan restriktif dari Samsung, Xiaomi terlihat masih memilih untuk mempertahankan kebijakan yang lebih terbuka terhadap pengguna yang ingin membuka kunci bootloader.
Meski tidak sepenuhnya bebas, Xiaomi menawarkan proses legal dan terstruktur bagi pengguna global yang ingin melakukan hal ini.
Prosesnya memang tidak instan, di mana pengguna harus mengajukan permohonan dan menunggu persetujuan, yang bisa memakan waktu hingga dua bulan.
Di pasar China, peraturan pemerintah melarang pembukaan bootloader, tetapi untuk pasar internasional, Xiaomi masih memberikan jalan bagi pengguna yang ingin melakukan kustomisasi sistem.
Dengan semakin banyaknya produsen Android yang memperketat kendali atas perangkat mereka, arah industri tampaknya mengarah pada ekosistem yang lebih tertutup, demi alasan keamanan dan stabilitas sistem.