Dua Aplikasi Pesan Jadi Sarang Penipuan Online: 67 Persen Scam Dikirim!

Dythia Novianty Suara.Com
Sabtu, 01 November 2025 | 09:09 WIB
Dua Aplikasi Pesan Jadi Sarang Penipuan Online: 67 Persen Scam Dikirim!
Ilustrasi Scam. [Pixabay]
Baca 10 detik
  • Aplikasi pesan instan seperti WhatsApp dan Telegram menjadi sarana utama penipuan online, dengan 67% kasus scam terjadi melalui platform tersebut.

  • Media sosial dan email juga sering digunakan untuk aksi scam, terutama Facebook, Instagram, dan Gmail.

  • Penawaran menarik dan tampilan meyakinkan menjadi daya tarik utama scam, sementara upaya verifikasi masyarakat masih tergolong lemah

Suara.com - Teknologi menjadi senjata para penjahat siber untuk melakukan aksinya, salah satunya aplikasi yang digunakan untuk menyebar scam atau penipuan online.

Pesan langsung, seperti aplikasi pesan instan dan SMS tercatat sebagai platform yang paling sering digunakan penjahat siber.

Hal ini diungkap dalam laporan Global Anti-scam Alliance (GASA), Bersama Indosat Ooredoo Hutchison, dalam State of Scams in Indonesia 2025.

Tercatatkan sebanyak 67 persen aksi scam ini dilakukan melalui aplikasi pesan instan.

Dimana, WhatsApp dan Telegram menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan, yakni 89 dan 40 persen.

"Pengiriman link-link melalui aplikasi yang saya sebut saja aplikasi WhatsApp itu cukup tinggi dan sangat banyak," ucap Mediodecci Lustarini, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital.

Dia juga menyampaikan apa yang menjadi hambatan untuk bergerak cepat mengatasi penipuan online lewat WhatsApp tersebut.

"WhatsApp itu juga pesan langsung itu bersifat end-to-end dan dia encrypted, itu memang kadang sulit untuk kita detect di awal," imbuhnya.

Untuk mengatasi hal ini, pihaknya menyolek Meta untuk membahas langkah apa yang harus dilakukan.

Baca Juga: Terungkap! 66 Persen Orang Dewasa di Indonesia Jadi Korban Scam, Kerugian Setahun Rp 49 Triliun

"Mungkin nanti akan meminta bantuan Meta, bagaiman cara kita memutus distribusi daripada pesan-pesan yang seperti ini (scam melalui WhatsApp)," ungkapnya.

Laporan itu juga mencatatkan aksi penipuan online juga kerap dilakukan melalui media sosial, yakni sebanyak 48 persen.

Media sosial yang paling sering digunakan adalah Facebook dan Instagram, yakni 37 dan 28 persen.

Tidak hanya itu, Gmail tidak luput dari sarana yang digunakan yakni sebanyak 32 persen.

Seperti diketahui, Love Scam juga semakin marak dilakukan an salah satunya melalui aplikasi Tinder, sebanyak 2 persen.

Lantas, apa saja yang menjadi "daya tarik" scam sehingga berhasil menjaring korban-korbannya.

Laporan tersebut menjabarkan bahwa hal yang menjadi paling menarik dari scam itu adalah penawaran.

Ilustrasi WhatsApp - Cara Cek Pinjol Legal dan Ilegal Lewat WA OJK (Pexels/Anton)
Ilustrasi WhatsApp. (Pexels/Anton)

Tercatatkan sebanyak 22 persen masyarakat Indonesia tertarik dengan penawaran yang dihadirkan.

Selain itu, keahlian dari para penjahat siber yang membuat seolah-olah apa yang disampaikannya adalah nyata pun menjadi daya tarik tersendiri, dengan ebanyak 16 persen.

Meskipun begitu, masyarakat Indonesia banyak yang melakukan pengecekan keaslian perusahaan yang menghubungin melalui media sosial.

Tercatat tiga dari 10 orang malakukannya, tapi hal ini dianggap lemah sebagai langkah antisipasi.

"Karena mereka (para penjahat siber) telah menyiapkan media social mereka untuk melancarkan aksinya," ucap Reski Damayanti, Ketua GASA Indonesia Chapter dan Chief Legal & Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison, di Jakarta, Jumat (31/10/2025).

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI