Suara.com - Pemerintah berencana membuka keran impor beras menjelang bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri 2015. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebutuhan beras nasional.
Menanggapi hal tersebut, Dirjen Tanam dan Pangan Kementerian Pertanian Sembiring mengatakan opsi membuka impor beras dirasa belum perlu dilakukan karena stok beras nasional diperkirakan surplus hingga Juni 2015. Sementara realisasi tanam padi pada Oktober hingga Maret 2014 meningkat 109 persen dari tahun lalu.
Meski demikian, Kementerian Pertanian akan mengawasi pasar dan pembenahan di sistem distribusinya agar tidak terjadi permainan harga.
“Kalau cukup kenapa harus impor. Kan kasihan petani yang sudah kita dorong-dorong untuk produksi tetapi pemerintah impor. Beras mereka akhirnya tidak terserap. Kasihan semangat mereka menanam padi jadi terpatahkan,” kata Sembiring di Jakarta, Selasa (12/5/2015).
Kementan mengklaim stok beras nasional aman hingga menjelang lebaran. Tercatat, perkiraan stok beras nasional selama tiga bulan terakhir pada Maret yakni sekitar 6,8 juta ton, April 5,2 juta ton, dan Mei 3,6 juta ton.
“Saya yakin , kalau melihat hasilnya seperti ini, artinya kita belum perlu melakukan impor,” katanya.
Keyakinan tersebut diperkuat dengan adanya optimalisasi pembukaan lahan sawah baru yang diperkirakan akan menambah produksi 700 hektar, termasuk adanya perbaikan lahan irigasi. Sembiring mengakui bahwa selama ini produksi beras nasional karena sempitnya lahan dan sistem irigasi yang baik.
“Kita bukannya menolak tapi ini masukan saja, dari pada harus impor mendingan perbaiki sistem irigasi kita supaya petani bisa bekerja lebih maksimal. Kendala petani selama ini itu. Tapi dengan adanya pembukaan lahan sawah baru ini kita tidak perlu impor. Kasihan petani kita nanti semangatnya patah,” kata dia.
Berdasarkan luas tanam dan sejumlah upaya swasembada pangan, Kementan optimistis produksi gabah nasional akan sesuai dengan target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah tahun ini sehingga tak perlu mengandalkan impor beras dari negara-negara lain.