Bermodal Baca Buku Gratisan, Petani Melon Ini Raup Omzet Ratusan Juta

Selasa, 18 Agustus 2020 | 16:45 WIB
Bermodal Baca Buku Gratisan, Petani Melon Ini Raup Omzet Ratusan Juta
Suprianto seorang petani melon. (Foto: Riauonline.co.id)

Selain itu, musim hujan juga mengundang bakteri dan jamur penyebab berbagai macam penyakit tanaman.

"Saya pernah mengalami gagal panen 50 persen karena hujan lebat seminggu sebelum panen," keluhnya.

Musim tanam harus diselingi tanaman lain di lahan yang sama setelah panen sebagai upaya memutus rantai hidup hama dan penyakit tanaman melon.

"Lahan tanaman melon tidak boleh ditanaman berturut-turut, setelah panen lahan harus ditanam komoditi tanaman lainnya seperti jagung," imbuhnya.

Namun semenjak tahun 2018, Anto mulai berkomitmen untuk menjalankan pertanian organik. Sebelumnya, ia hanya mengandalkan berbagai macam bahan kimia sebagai pupuk dan pestisida.

Alasan utamanya untuk kesehatan, menjaga keseimbangan ekosistem, menjaga kualitas kesuburan tanah dan biaya yang lebih irit.

Pupuk kimia yang digunakan terus-menerus akan membuat tanah menjadi keras. Pupuk organik cenderung memperkaya biota (makluk kecil) tanah.

Pestisida kimia akan mempengaruhi kesehatan konsumen dan merusak keseimbangan ekosistem karena pestisida kimia cenderung memberantas populasi hama. Pestisida organik cenderung mengusir dan mengurangi intensitas penyerangan.

Hasil panen melon biasanya dipasarkan ke para pengepul di Pekanbaru, Padang, Medan dan Batam. Saat ini ia sudah bekerjasama dengan Indomaret. Jenis Melon yang dibudidayakan yaitu melon putih (sky), kuning (rock) dan golden (kinanty).

Baca Juga: Gampang Banget, Ini Tips Pilih Semangka dan Melon yang Sudah Matang

Melon putih dan kuning memiliki harga Rp 4.500 – 6.500. Melon golden Rp 10.000 - 12.000. Produksi melon yang dihasilkan sekitar 16 ton per hektar.

"Jika saya tanam setengah hektar melon golden saja, saya bisa menghasilkan 8 ton maka penghasilan yang didapat sekitar Rp 80 juta," ungkap Anton.

Anto pun berharap ingin memiliki lahan sendiri karena saat ini hanya menumpang dan sewa lahan sehingga ia bebas bisa terus menjalankan pekerjaannya sebagai seorang petani.

Selain itu, ia juga berharap pemerintah untuk lebih peka kepada petani. Anto ingin ada sosialisasi, pelatihan dan bantuan untuk para petani konvensional agar pertanian di Indonesia bisa maju mengikuti perkembangan zaman.

"Selagi dunia ini belum berakhir maka manusia masih butuh makan, mungkin saat ini banyak generasi muda yang memandang sebelah mata pertanian, tapi nyatanya jika tidak ada pertanian tidak ada kehidupan," tukas dia.

Berita ini sebelumnya dimuat Riauonline.co.id jaringan Suara.com dengan judul "Berawal Dari Menumpang Baca, Anto Raup Rp 80 Juta Per 60 Hari Dari Melon"

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI