OJK : IPO Jadi Cara GoTo Berbagi Kepemilikan ke Masyarakat

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 04 Juni 2021 | 12:15 WIB
OJK : IPO Jadi Cara GoTo Berbagi Kepemilikan ke Masyarakat
Ilustrasi kolaborasi Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo. [Dok. GoTo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rencana GoTo untuk go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi salah satu daya tarik lain dari hasil kolaborasi Gojek dan Tokopedia. Penjualan saham GoTo di bursa dinilai sebagai momentum bagi perusahaan untuk berbagi kepemilikan kepada masyarakat, sekaligus kesempatan terbuka bagi semua pihak menjadi bagian dari dua perusahaan platform digital karya anak bangsa itu.

Kepala OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Institute Agus Sugiarto mengatakan, penawaran saham kepada publik atau biasa disebut Initial Public Offering (IPO) GoTo sehingga sahamnya tercatat di Bursa adalah bagian dari sinergi yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.

"Karena sudah ditunggu-tunggu juga oleh investor di pasar modal. Kami berharap jutaan masyarakat Indonesia bisa berpartisipasi memiliki Gojek dan Tokopedia ini sehingga setelah IPO bisa transparan, kinerja semakin baik, dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia," ungkapnya saat memberikan sambutan dalam Seminar Virtual dengan tema “Dampak Merging Antara Platforms: Studi Kasus Gojek dan Tokopedia” yang diselenggarakan LPEM FEB UI ditulis Jumat (4/6/2021).

Ekonom Digital LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Chaikal Nuryakin mengatakan GoTo bisa melihat beberapa perusahaan digital besar global yang melakukan IPO dan terdapat contoh yang sukses.

"Contoh yang berhasil itu Facebook, Alibaba, dan SEA Group," ungkapnya.

Berdasarkan riset yang dilakukan, Chaikal mengungkapkan alasan keberhasilan perusahaan digital saat IPO di antaranya adalah manajemen yang baik, mudah beradaptasi, dan bisa sesuai dengan ekspektasi publik, serta dukungan utama dari modal ventura atau investor sebagai bantalan bagi perusahaan.

"Alasan yang gagal melakukan IPO adalah miskomunikasi kondisi riil perusahaan kepada investor, perusahaan tertutup terlalu lama, kinerja perusahaan tidak sesuai ekspektasi investor, tata kelola perusahaan tidak siap terhadap pengawasan publik, dan kurangnya persiapan untuk melakukan IPO,” Chaikal memaparkan.

Chaikal berharap GoTo bisa belajar dari dua contoh bertentangan dari IPO perusahaan-perusahaan digital global. Sebab walau bagaimanapun IPO memberikan sejumlah keuntungan antara lain sumber pendanaan yang tidak terbatas untuk mendukung ekspansi bisnis, meningkatkan citra perusahaan, penerapan tata kelola yang baik (GCG), insentif pajak, dan spillover (pengalihan) investasi dari investor dalam dan luar negeri.

"Sementara tantangan IPO termasuk bagi GoTo adalah menjaga performa perusahaan pasca IPO, mempertahankan kontrol dari pendiri perusahaan pada model klasifikasi saham saat ini, aturan yang lebih ketat misalnya audit keuangan, dan volatilitas makroekonomi,” ulasnya.

Baca Juga: Sukseskan Vaksinasi Lansia, Ojol di Bandarlampung Ikut Berpartisipasi

Sejauh ini, sentiment pasar terhadap rencana IPO GoTo terbilang positif dan menjadi indikator kuat penantian pasar terhadap saham perusahaan digital ini. Salah satunya tercermin dari peningkatan harga saham PT Telkom Tbk (TLKM) ketika anak usahanya yaitu PT Telkomsel berinvestasi di Gojek.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI