Sementara Presiden Maladewa Ibrahim Solih pada Selasa (22/09) menyebut bahwa "perbedaan antara 1,5 derajat dan 2 derajat adalah hukuman mati bagi Maladewa."
Konferensi iklim PBB COP26 bulan November mendatang di Glasgow sejatainya akan mencoba untuk mengejar tujuan Perjanjian Paris 2015 untuk mengurangi emisi global hingga setengahnya pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2050.
Namun, Presiden Guyana Irfaan Ali mengatakan pada hari Kamis (23/09) mengatakan bahwa negara pencemar besar tidak memenuhi janji mereka untuk mengurangi emisi.
Ali mengatakan "penipuan" dan "kegagalan" mereka akan "sedikit menguntungkan mereka untuk menjadi penguasa di dunia debu."
Seperti diketahui, emisi bahan bakar karbon menciptakan gas rumah kaca yang mengikis lapisan ozon, berkontribusi terhadap pemanasan global dan naiknya permukaan air laut saat es di kutub mencair.
Meski begitu, Amerika Serikat (AS) dan Cina telah menjanjikan lebih banyak uang untuk membantu negara lain mengurangi jejak karbon mereka.
Dalam Sidang Majellis Umum PBB yang akan berlangsung hingga 27 September mendatang ini, para pemimpin dunia juga menyatakan keprihatinan mereka bahwa memburuknya masalah lingkungan akan memicu konflik lebih lanjut di daerah-daerah dengan gesekan sosial politik mereka sendiri. rap/gtp (Reuters, AFP, AFP)
