Suara.com - Harga emas berada di jalur pelemahan mingguan terburuk dalam hampir 4 bulan terakhir pada perdagangan akhir pekan lalu.
Hal ini terjadi setelah permintaan terhadap safe haven logam terpukul oleh harapan kemajuan diplomasi damai antara Rusia dan Ukraina serta dampak kenaikan suku bunga the Fed.
Mengutip CNBC, Senin (21/3/2022) harga emas di pasar spot turun 1,14 persen ke harga USD1.920,56 per ons, terbebani oleh dolar AS yang lebih kuat. Sementara harga emas di pasar berjangka turun 1,2 persen menjadi USD1.919, 60 per ons.
Dolar melonjak terhadap para pesaingnya, membuat emas batangan lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
"Kami telah melihat momentum yang didorong oleh invasi dan spekulasi terhadap emas secara besar-besaran telah susut selama 10 hari terakhir," ujar David Jones, Kepala Strategi Pasar di Capital.com.
Emas batangan turun 2,8 persen sepanjang pekan ini seiring optimisme upaya diplomasi damai perang Ukraina sudah mendorong sentimen di pasar finansial secara luas. Optimisme tersebut mengurangi demand terhadap aset safe haven.
"Jika ada gencatan senjata atau semacam kesepakatan, emas bisa turun cukup cepat," kata Edward Meir, analis ED&F Man Capital Markets.
Awal pekan lalu, Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sebesar seperempat poin persentase dan memproyeksikan rencana agresif untuk mendorong biaya pinjaman ke tingkat terbatas pada tahun depan.
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak membayar bunga.
Baca Juga: Harga Perhiasan Emas di Palembang Terus Merangkak Naik
Namun, analis Standard Chartered Suki Cooper mengatakan dalam sebuah catatan bahwa hawkish bank sentral AS tidak menggagalkan sentimen positif terhadap emas dan bahwa risiko geopolitik saat ini telah meningkatkan kekhawatiran inflasi, meningkatkan kembali minat jangka panjang pada emas batangan.