Suara.com - Harga emas turun pada perdagangan Kamis setelah rencana pengetatan kebijakan moneter agresif Federal Reserve meredupkan daya tarik logam tersebut.
Mengutip CNBC, Jumat (27/5/2022) harga emas di pasar spot turun 0,18 persen menjadi USD1.849,52 per ounce. Sementara, emas berjangka Amerika Serikat ditutup naik 0,07 persen menjadi USD1.847,6.
Risalah pertemuan kebijakan 3-4 Mei The Fed yang dirilis Rabu menyoroti sebagian besar peserta yang mendukung kenaikan suku bunga tambahan 50 basis poin pada pertemuan Juni dan Juli, meski itu tidak mengejutkan pasar.
"Risalah tersebut tidak mengubah apa pun. Pasar mulai menyadari bahwa The Fed akan terus mengambil langkah-langkah kuat untuk mengendalikan inflasi," kata Bart Melek, Head of Commodity Strategies TD Securities.
"Kisah pengetatan itu belum berakhir dengan imajinasi apa pun, dan mungkin merupakan spekulasi yang sangat aman untuk mengatakan bahwa lingkungan suku bunga akan terus menjadi lebih ketat." Tambahnya.
Logam kuning sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga, karena meningkatkan opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga emas sebagian tertekan oleh stabilisasi indeks saham Amerika pekan ini, kata analis Kitco, Jim Wycoff.
Klaim pengangguran AS turun pekan lalu, konsisten dengan pasar tenaga kerja yang tetap ketat di tengah permintaan yang kuat untuk pekerja meski suku bunga meningkat dan kondisi keuangan yang ketat.
Membatasi kejatuhan emas, dolar AS melayang di dekat posisi terendah satu bulan, sementara imbal hasil US Treasury 10-tahun juga merosot ke level terendah sejak April.
Baca Juga: Kebakaran Hebat Hantam Kios Sembako dan Toko Emas di Jepara, Begini Kronologinya
"Emas tampaknya goyah ketika menyentuh apapun seperti technical resistance dan kemudian kita mendapatkan long liquidation dan ambil untung. Jadi ini adalah masalah utama untuk emas saat ini," kata analis independent, Ross Norman.