RI Darurat Pengangguran! 7,28 Juta Orang Tidak Bekerja

Senin, 05 Mei 2025 | 12:42 WIB
RI Darurat Pengangguran! 7,28 Juta Orang Tidak Bekerja
Para pencari kerja mencari lowongan pekerjaan dalam Jakarta Job Fair 2024 yang berlangsun dari tanggal 28-29 Mei di Thamrin City, Jakarta, Rabu (29/5/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Kabar kurang sedap menghampiri pasar tenaga kerja Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Senin (5/5/2025), mengumumkan data terbaru yang menunjukkan peningkatan signifikan jumlah pengangguran di Tanah Air. Per Februari 2025, tercatat sebanyak 7,28 juta orang menyandang status penganggur, sebuah lonjakan yang memicu kekhawatiran akan kondisi ketenagakerjaan nasional.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi persnya menjelaskan bahwa peningkatan jumlah pengangguran ini sejalan dengan bertambahnya angkatan kerja dalam setahun terakhir. Sebanyak 3,67 juta orang tercatat memasuki pasar kerja, sehingga total angkatan kerja Indonesia kini mencapai 153,05 juta orang.

"Angkatan kerja itu di dalamnya ada yang sudah bekerja dan ada yang menganggur. Dari jumlah itu, tercatat yang sudah bekerja sebanyak 145,77 juta orang atau bertambah 3,59 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ungkap Amalia dalam konfrensi persnya di Jakarta, Senin (5/5/2025).

Sayangnya, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tidak mampu mengimbangi laju penambahan angkatan kerja. Akibatnya, 83,45 ribu orang baru terpaksa menjadi penganggur, meningkatkan total jumlah pengangguran menjadi 7,28 juta orang. "Dibandingkan dengan Februari 2024, per Februari 2025 jumlah orang yang menganggur meningkat 83,45 ribu orang yang naik kira-kira 1,11%," tegas Amalia.

Meskipun jumlah pengangguran meningkat, BPS mencatat adanya penurunan tipis pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada Februari 2025, TPT berada di angka 4,76%, lebih rendah dibandingkan Februari 2024 yang sebesar 4,82%. Penurunan ini terutama disumbang oleh TPT perempuan yang mengalami penurunan.

"Sedangkan TPT laki-laki mengalami peningkatan sebesar 0,02% basis poin. Penurunan TPT konsisten terjadi di wilayah perkotaan maupun pedesaan," beber Amalia, menimbulkan pertanyaan mengenai dinamika pasar kerja berdasarkan gender.

Kabar baiknya, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan tren positif. Pada Februari 2025, TPAK mencapai 70,60%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 69,80%. Menariknya, peningkatan TPAK perempuan tercatat lebih tinggi dibandingkan laki-laki, meskipun secara keseluruhan TPAK laki-laki masih mendominasi (84,34% berbanding 56,70%).

"Jika dibandingkan Februari 2024, peningkatan TPAK perempuan lebih tinggi dibandingkan peningkatan TPAK laki-laki," ujar Amalia, mengindikasikan peran perempuan yang semakin signifikan dalam pasar kerja.

Lebih lanjut, BPS memaparkan tiga sektor lapangan usaha yang masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, yaitu pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan. Jika dibandingkan dengan Februari 2024, sebagian besar lapangan usaha mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja.

Baca Juga: Lesu! Ekonomi Indonesia Kuartal I 2025 di Bawah 5 Persen

"Lapangan usaha perdagangan mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja terbanyak yaitu sebesar 0,98 juta orang. Disusul oleh lapangan usaha pertanian yang mengalami peningkatan 0,89 juta orang dan industri pengolahan 0,72 juta orang," ungkap Amalia, menunjukkan bahwa sektor-sektor tradisional masih memegang peranan penting dalam menciptakan lapangan kerja.

Meskipun TPT menunjukkan penurunan tipis, peningkatan absolut jumlah pengangguran menjadi perhatian serius. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar kerja belum sepenuhnya mampu menyerap seluruh angkatan kerja baru yang terus bertambah. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan berkualitas, terutama di sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi.

Data ini menjadi alarm bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan ketenagakerjaan yang ada. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, penciptaan iklim investasi yang kondusif, dan pengembangan sektor-sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar menjadi kunci untuk mengatasi tantangan pengangguran di Indonesia. Situasi "darurat pengangguran" ini menuntut aksi nyata dan kolaborasi dari berbagai pihak agar pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI