Menurut Jo, mungkin saat ini kita belum bisa sepenuhnya “memusuhi” plastik.
Katanya, “Dibutuhkan strategi dan kolaborasi untuk mengatasi masalah plastik. Kita harus melakukan edukasi kepada semua orang, berbagi informasi dan pengetahuan, serta meningkatkan kesadaran bahwa penggunaan plastik secara tidak bertanggung jawab akan berdampak negatif terhadap Bumi.” Jadi, lanjut Jo, dibutuhkan perubahan perilaku dalam menggunakan plastik, terutama plastik sekali pakai, dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara, Yayan Heryana mengungkapkan bahwa sebanyak 40% dari mamalia laut, dan 40% makhluk hidup lainnya, sudah tercemar oleh limbah plastik.
“Mungkin makanan dan minuman kita juga sudah tercemar oleh plastik,” ungkap Yayan. Jadi, ajak Yayan, mari kita bijak dalam menggunakan plastik. “Sebagian dari kita mungkin ada yang berpendapat bahwa usia Bumi masih panjang. Hanya bisakah kita memastikan bahwa anak cucu kita dapat menikmati Bumi sebagaimana sekarang ini?,” tanya dia.
Pembicara lainnya, Henri Saragih, menjelaskan tentang konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Mane Indonesia dan implementasinya.
“Mane berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim melalui sejumlah inisiatif. Di antaranya, penerapan protokol penanganan gas rumah kaca, inisiatif menggunakan renewable carbon hingga net zero commitment,” papar Henri.
Untuk mewujudkan target tersebut, ungkap dia, Mane melakukan sejumlah. Di antaranya, menjual produk rendah karbon dan rendah konsumsi airnya, melibatkan para pemasok dalam program CSR, termasuk mengintegrasikan CSR dalam proses bisnis.
Menyangkut penggunaan plastik, Mane mengusung konsep Daur, Baur, Tabur.
“Kami melakukan inovasi teknologi dan bahan baku dalam membangun untuk ikut dunia yang bebas plastik,” kata Henri.
Baca Juga: Serunya Yoursay Love Earth Plant Hope: Aksi Nyata Peduli dan Melestarikan Alam
Melalui konsep tersebut, Mane mengolah sampah-sampah, seperti seragam karyawan, pakaian bekas, termasuk memberdayakan para difabeluntuk mengolahnya menjadi totte bag. Langkah lainnya adalah dengan mengembangkan kompos untuk memulihkan kondisi tanah.
Pembicara Bambang Sudiarto menjelaskan tentang pemanfaatan dan pengolahan limbah organik dengan bioteknologi.
“Limbah ini ada di mana-mana dan pasokannya berlimpah. Ada limbah rumah tangga, limbah pasar, rumah makan atau restoran, limbah dari pertanian atau peternakan, limbah rumah sakit, limbah perkantoran dan beberapa lainnya,” papar Bambang.
Semua limbah tersebut, ungkap dia, dapat diolah dan didaur ulang dengan menggunakan bioteknologi.
“Misalnya, menjadi pakan cacing tanah, pupuk organik padat dan cair, makanan tambahan untuk hewan ternak dan ikan, atau bahkan menjadi sumber bahan bakar gas metan,” urainya.