"Dan tempe merupakan momentum bagi Inkoppas, agar bisa turut serta melestarikan budaya makan tempe, dan ini budaya asli kita," harapnya.
"Pada tahun 1989 mantan presiden Soerharto ingin mencanangkan swasembada kedelai. Kita ingin menanam dari berbagai daerah dari kedelai Aceh, kedelai Nusa Tenggara, tetapi saat ini susah, karena lahan-lahan untuk swasembada dipergunakan sebagai lahan perumahan.
Namun beda dengan di Amerika dengan perkebunan-nya yanvluas dan tidak berubah zonanya, dan cocok iklimnya serta kriteria tanahnya itu bagus untuk menanam kedelai, " Imbuh Andrian.
"Tampaknya kedelai bisa tumbuh namun tidak sebagus di Amerika dan juga Amerika juga bisa banyak varietasnya yang Amerika Utara kedelainya kurang cocok untuk dijadikan tempe, karena kedelainya melebur seperti tahu, beda jika Amerika Selatan kedelainya bagus dan sangat cocok buat komoditas tempe, sesuai gambaran pengusaha dan pedagang tempe seperti itu, " Katanya.
Jadi tempe yang kita impor itu tergantung kedelai itu ditanam apakah itu di Amerika bagian Utara atau Amerika bagian Selatan.
"Sekarang kedelai perhari itu turun, tadi pagi kami telah mendapatkan info harga kedelai di harga Rp. 9.960 (per Kg) tapi nanti ada dimana moment kedelai itu langka kalau stok di dalam negeri sudah habis dan kita mulai impor dan perjalanan impor itu cukup lama, apalagi adanya perang di luar negeri saat ini perjalanan kapal itu dapat semakin lama sekita 6 bulan lamanya, harga pasti akan merangkak naik untuk bahan baku tempe yaitu kedelai " Katanya.
Mudah- mudahan Maret tahun depan bisa keluar surat dari Unesco, bahwa tempe adalah warisan budaya tak benda Indonesia.
"Kemarin juga hadir dari USSEC ( US Soybean Council )dari Amerika," Pungkasnya.
Baca Juga: Oleh-oleh Khas Keripik Tempe Rohani Sukses Kembangkan Usaha Berkat Pinjaman BRI