Nama "Danantara" sendiri memiliki makna filosofis: "Daya" berarti energi atau kekuatan, "Anagata" berarti masa depan, dan "Nusantara" merujuk pada Tanah Air Indonesia. Dengan demikian, Danantara mencerminkan kekuatan ekonomi yang menjadi energi masa depan Indonesia.
Tujuan dan Strategi Danantara
Danantara bertujuan untuk meningkatkan efisiensi aset negara, menarik investasi global, dan memperkuat daya saing Indonesia di sektor-sektor strategis.
Badan ini dirancang untuk beroperasi dengan pendekatan profesional dan menerapkan prinsip tata kelola yang baik (good governance).
Sebagai "superholding" BUMN, Danantara mengelola aset-aset negara dengan nilai mencapai sekitar $900 miliar, yang mencakup kepemilikan pemerintah di berbagai perusahaan milik negara terkemuka seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Pertamina, PLN, dan Telkom Indonesia.
Struktur Organisasi Danantara
Danantara dipimpin oleh Rosan Roeslani sebagai CEO, dengan Pandu Patria Sjahrir menjabat sebagai Chief Investment Officer (CIO), dan Dony Oskaria sebagai Chief Operating Officer (COO).
Selain itu, dewan penasihat Danantara terdiri dari tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk investor miliarder Ray Dalio, ekonom Jeffrey Sachs, mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, serta mantan presiden Indonesia Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Fokus Investasi Danantara
Baca Juga: Jejak Karier Djamal Attamimi, Bono Daru Adji dan Stefanus Ade, Tiga Holding Investasi Danantara!
Pada tahap awal, Danantara berencana menginvestasikan $20 miliar dalam berbagai proyek strategis yang meliputi pengolahan mineral, pengembangan kecerdasan buatan (AI), energi terbarukan, dan ketahanan pangan.
Investasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5% menjadi 8% pada tahun 2029.
Tantangan dan Kontroversi Danantara
Meskipun memiliki tujuan yang ambisius, pembentukan Danantara tidak lepas dari kontroversi.
Beberapa pihak mengkhawatirkan potensi campur tangan politik dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan dana tersebut.
Penunjukan tokoh-tokoh politik dalam struktur kepemimpinan Danantara menimbulkan kekhawatiran mengenai independensi dan profesionalisme badan ini.