Harga Ayam, Beras, Hingga Bawang Merah Melonjak Tinggi Selama Ramadan-Lebaran

Achmad Fauzi Suara.Com
Selasa, 08 April 2025 | 13:28 WIB
Harga Ayam, Beras, Hingga Bawang Merah Melonjak Tinggi Selama Ramadan-Lebaran
Harga bahan pokok di Lampung cenderung stabil di masa Lebaran Idul Fitri 2025. [ANTARA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan ada kenaikan harga sejumlah pangan di momen ramadan dan lebaran tahun. Setidaknnya ada empat bahan pangan yang harganya melonjak tinggi yaitu, beras, bawang merah, cabai rawit hingga daging ayam.

Sehingga, empat bahan pangan memberikan andil pada inflasi di Bulan Maret 2025.

"Komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 1,96 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,33 persen. Komoditas yang dominan berikan andil inflasi adalah bawang merah, cabai rawit, daging ayam ras, beras dan bawang putih," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah saat konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (8/5/2025).

Adapun, komoditas tersebut memberikan andil terhadap inflasi masing-masing pada bawang merah sebesar 24,07 persen, cabai rawit sebesar 13,67 persen, serta daging ayam ras sebesar 1,64 persen.

Habibullah menyebut, harga bawang merah hingga daging ayam memang langganan alami kenaikan selama empat tahun terakhir ini di momen ramadan dan lebaran.

"Terkecuali, pada Maret 2023 untuk bawang merah dan Mei 2022 untuk daging ayam ras," imbuh dia.

Sementara untuk harga beras, Habibullah menuturkan, di tingkat penggilingan harga beras alami kenaikan 0,81 persen, namun angka itu sebenarnya turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 8,93 persen

"Sebagai informasi harga beras yang kami sampaikan merupakan rata-rata harga beras mencakup semua jenis kualitas dan juga mencakup seluruh wilayah di Indonesia," beber dia.

Inflasi Naik Tipis

Baca Juga: Cara Perusahaan Swasta Investasi Sosial Demi Ketahanan Pangan Lokal

Seperti dilansir dari Antara, BPS mencatat inflasi tahunan pada Maret 2025 sebesar 1,03 persen year-on-year (yoy) tercatat lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi tahunan pada Maret 2024 yang mencapai 3,05 persen yoy.

Namun, tingkat inflasi tahunan pada Maret 2025 masih lebih tinggi daripada Februari 2024 yang secara tahunan justru tercatat mengalami deflasi hingga 0,09 persen yoy.

Habibullah mengatakan, bahwa inflasi tahunan pada Maret 2025 terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

"Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 2,07 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,61 persen," imbuh dia.

Habibullah mengatakan bahwa komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok tersebut adalah cabai rawit, bawang merah, dan minyak goreng.

Selain sejumlah komoditas tersebut, ia menyatakan bahwa komoditas lain yang juga memberikan andil inflasi cukup besar adalah emas perhiasan (0,44 persen), tarif air minum PAM (0,14), dan nasi dengan lauk (0,04 persen).

"Sementara itu, kelompok pengeluaran yang masih mengalami deflasi secara tahunan dan memberikan andil deflasi terdalam pada Maret 2025 adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil deflasi sebesar 0,74 persen," jelas dia, 

Habibullah menambahkan, deflasi tersebut disebabkan oleh deflasi tarif listrik, mengingat pelanggan pascabayar PLN masih menikmati diskon tarif listrik sebesar 50 persen untuk pembayaran pada Maret 2025 atas pemakaian listrik selama Februari 2025.

Sedangkan menurut komponen, ia mengatakan bahwa inflasi tahunan terjadi pada komponen inti sebesar 2,48 persen yoy dan komponen harga bergejolak (volatile) sebesar 0,37 persen yoy.

Habibullah menyatakan bahwa komponen inti memberikan andil inflasi terbesar, yakni 1,58 persen, dengan komoditas utama yang memberikan andil inflasi antara lain emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.

Terkait komponen harga bergejolak, ia menuturkan bahwa komponen tersebut memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen dengan komoditas dominan yang memberikan andil inflasi adalah cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih.

Sementara komponen harga diatur pemerintah tercatat mengalami deflasi. Ia menyatakan bahwa komponen tersebut mengalami deflasi tahunan sebesar 3,16 persen yoy dan memberikan andil deflasi sebesar 0,61 persen.

"Komponen yang dominan memberikan andil deflasi adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, dan bensin," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI