Perkembangan terkini hingga Jumat (25/4/2025) menunjukkan adanya kemajuan dalam pembicaraan antara kedua negara. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan hasil terbaru dari serangkaian negosiasi tarif resiprokal antara Indonesia dan AS.
![Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. [Suara.com/Novian]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/21/73001-menko-bidang-perekonomian-airlangga-hartarto.jpg)
Didampingi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menko Airlangga mengungkapkan bahwa delegasi Indonesia telah melakukan pertemuan dengan berbagai pihak penting dari AS, termasuk United States Trade Representative (USTR), Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Menteri Keuangan AS Scott Bessent, serta perwakilan dari berbagai perusahaan besar AS yang tergabung dalam US Chamber of Commerce, seperti Freeport, Amazon, dan Cargill.
Menurut Menko Airlangga, Indonesia telah memasuki tahap awal negosiasi dengan ditandatanganinya non-disclosure agreement (NDA) dengan USTR. Langkah ini menempatkan Indonesia dalam jajaran 20 negara yang telah memulai proses negosiasi awal terkait tarif dengan Amerika Serikat.
"Indonesia sudah tanda tangan non-disclosure agreement dengan USTR, artinya kita sudah masuk fase negosiasi dan Indonesia adalah salah satu dari 20 negara yang sudah mulai proses negosiasi awal," ujar Menko Airlangga.
Lebih lanjut, Menko Airlangga menuturkan bahwa secara keseluruhan, pemerintah AS memberikan apresiasi terhadap strategi, pendekatan, serta proposal yang diajukan oleh Indonesia. Kedua pihak sepakat untuk melakukan proses yang lebih intensif di tingkat teknis. Bahkan, secara teknis telah dipersiapkan lima sektor khusus yang akan dibahas dalam kelompok kerja percepatan pembahasan.
Kendati demikian, dalam proses negosiasi yang sedang berjalan, Indonesia tetap berupaya untuk mengedepankan kepentingan nasional sambil terus mendorong penguatan hubungan bilateral dengan Amerika Serikat. Indonesia juga diberikan kesempatan untuk melakukan pembahasan teknis secara lebih detail dalam dua minggu mendatang.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia juga memberikan pernyataan terkait potensi peningkatan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat. Menteri Bahlil memastikan bahwa rencana penambahan impor LPG dari AS telah mempertimbangkan aspek nilai keekonomian secara matang.
Menurut Menteri Bahlil, aspek keekonomian menjadi pertimbangan utama dalam rencana penambahan impor LPG dan minyak mentah dari AS. Meskipun secara logika biaya transportasi dari AS lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah, Menteri Bahlil menyebutkan bahwa harga LPG dari AS masih dapat bersaing secara komparatif.
"Contoh, LPG belinya dari Amerika. Logikanya kan harusnya lebih mahal karena transportasinya, kan. Tapi buktinya harga LPG dari Amerika sama dengan dari Middle East. Jadi saya pikir semua ada cara untuk kita begitu," kata Menteri Bahlil di Gedung Kementerian ESDM pada Rabu (9/4/2025).
Baca Juga: Sri Mulyani Bocorkan 5 Kesepakatan RI-AS Untuk Batalkan Tarif Trump
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa impor migas Indonesia sepanjang tahun 2024 mencapai nilai US$36,27 miliar. Postur impor tersebut terdiri dari pembelian minyak mentah senilai US$10 miliar dan hasil migas sebesar US$25,92 miliar.