- 46% dari 70 ribu sungai di Indonesia tercemar berat.
- BRI melalui program “Jaga Sungai, Jaga Kehidupan” berkolaborasi dengan Yayasan Sungai Watch membersihkan Tukad Badung, Bali.
- Upaya ini berhasil memulihkan ekosistem dan membuka peluang ekonomi baru bagi nelayan setempat.
Suara.com - Sungai telah menjadi urat nadi kehidupan manusia sejak awal peradaban, menyediakan air bersih, pangan, energi, dan membentuk kebudayaan.
Namun, laju pembangunan yang pesat kini membawa ancaman serius. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat fakta mencemaskan: dari sekitar 70 ribu sungai di Indonesia, 46 persen di antaranya telah tercemar berat.
Limbah rumah tangga, buangan industri, dan perubahan tata ruang lahan menjadi biang keladi yang menggerus fungsi ekologis sungai.
Menyadari bahwa menjaga kelestarian sungai adalah kewajiban bersama, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menunjukkan komitmennya melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BRI Peduli, yang diwujudkan dalam gerakan “Jaga Sungai, Jaga Kehidupan”.
BRI menggandeng Yayasan Sungai Watch untuk memulihkan kebersihan sungai di Indonesia. Salah satu titik fokus kolaborasi ini adalah di Tukad Badung, Denpasar Selatan, Bali, yang berdekatan dengan kawasan konservasi mangrove Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai.
Dukungan nyata BRI Peduli adalah pemasangan jaring sampah (trash barriers) yang berfungsi vital untuk menahan sampah rumah tangga agar tidak terus mengalir dan mencemari laut serta ekosistem mangrove yang sensitif.
Tujuannya jelas: mengembalikan fungsi ekologis sungai. Sejak berdiri pada tahun 2020, kolaborasi BRI Peduli dan Sungai Watch telah berhasil memasang lebih dari 18 jaring sampah di berbagai sungai di Bali dan Banyuwangi.
Program ini telah membawa perubahan signifikan bagi masyarakat pesisir. Yan Kona, Ketua Kelompok Nelayan Segara Guna Batu, mengungkapkan bahwa lingkungan mereka mengalami transformasi besar.
"Tentu kami sebagai masyarakat nelayan, masyarakat pesisir merasakan yang dulunya sampah begitu numpuk luar biasa, sekarang sudah kita bisa lalui dengan baik armada kita baik itu perahu dan lain sebagainya," ungkap Yan.
Baca Juga: Jadwal Lengkap Pekan 9 BRI Super League 2025/2026: Ada Persebaya vs Persija
Ia menambahkan, upaya pembersihan sungai yang dilakukan selama 3-4 tahun terakhir berdampak langsung pada sumber daya perikanan.
"Yang tadinya kerang-kerang, ikan-ikan, udang, kepiting, itu jumlahnya berkurang. Sekarang kita bisa lihat bahwa kepiting-kepiting itu juga sudah mulai kembali ke ekosistem aslinya," ujarnya.
Kembalinya kehidupan laut tidak hanya menjadi kabar baik bagi ekosistem, tetapi juga membuka peluang ekonomi.
Yan berharap, kondisi pesisir dan hutan mangrove yang bersih dapat menjadi magnet wisata dan sumber penghidupan tambahan, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.
Edukasi sebagai Pilar Utama
Partnerships Manager Sungai Watch Indonesia, Dika, menjelaskan bahwa edukasi adalah pilar penting dalam upaya pemulihan ini.