Didukung Kontrak Jumbo Multikomoditas dan Ekspansi EPC, PTRO Siap Meroket?

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 10 Desember 2025 | 06:49 WIB
Didukung Kontrak Jumbo Multikomoditas dan Ekspansi EPC, PTRO Siap Meroket?
PT Petrosea Tbk (Petrosea)
Baca 10 detik
  • PT Petrosea Tbk (PTRO) memasuki fase strategis setelah tantangan kinerja, didukung kontrak multikomoditas bernilai besar.
  • Total *backlog* PTRO menembus US$ 4,5 miliar dari perolehan kontrak signifikan sepanjang 2024 dan 2025.
  • Ekspansi ke layanan EPC/EPCI melalui akuisisi diproyeksikan menaikkan profitabilitas dan margin EBITDA struktural PTRO.

Suara.com - Setelah beberapa tahun menghadapi tantangan kinerja akibat tingginya biaya pra-operasi dan kontribusi yang belum optimal dari proyek serta aset akuisisi baru, PT Petrosea Tbk (PTRO) kini diklaim memasuki fase strategis yang dinilai sebagai titik balik menuju pertumbuhan jangka panjang yang jauh lebih solid.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Juan Harahap, menegaskan bahwa PTRO sekarang berada dalam fase ekspansi yang didukung oleh kontrak multikomoditas bernilai jumbo dan kemitraan strategis.

Hal ini mendorong optimisme terhadap target harga saham perseroan.

PTRO kini ditopang oleh portofolio kontrak yang besar dan sangat terdiversifikasi.

Kontrak-kontrak ini tersebar di sektor batu bara, nikel, dan tembaga/emas, dengan klien-klien blue chip terkemuka seperti Vale, Freeport, BP Berau, dan ekosistem bisnis yang terafiliasi dengan CUAN.

Tren akuisisi kontrak yang agresif ini sudah terlihat sejak tahun 2024, di mana PTRO berhasil mengamankan kontrak baru senilai sekitar US$ 1,9 miliar.

Kontrak penting tersebut termasuk proyek Engineering, Procurement, and Construction (EPC) BP Berau, proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa milik Vale, dan kontrak dengan Daya Bumindo Karunia.

Momentum ini berlanjut dengan tambahan kontrak pertambangan dari Pasir Bara Prima dan Global Bara Mandiri.

Keagresifan ini semakin menguat pada tahun 2025. PTRO kembali menambah kontrak baru senilai sekitar US$ 1,5 miliar, melibatkan kemitraan dengan Niaga Jasa Dunia, Bara Prima Mandiri, dan Freeport Indonesia.

Baca Juga: Prajogo Pangestu Jual 1 Miliar Saham CUAN di Tengah Isu Masuk MSCI Global

Kontrak paling signifikan adalah kontrak jangka panjang selama 10 tahun untuk pengupasan lapisan tanah (overburden removal) milik INCO di Bahodopi, Sulawesi.

Dengan rentetan perolehan ini, total backlog (pesanan yang belum diselesaikan) PTRO menembus US$ 4,5 miliar. Jumlah ini memberikan visibilitas pendapatan yang kuat dan terjamin hingga beberapa tahun ke depan.

Selain memperkuat basis kontrak pertambangan, PTRO secara strategis juga memperluas arena bisnisnya melalui ekspansi ke layanan EPC/Engineering, Procurement, Construction, and Installation (EPCI).

Langkah ini diwujudkan melalui akuisisi dua perusahaan, yaitu Hafar dan Scan-Bilt, sekaligus meningkatkan eksposur perseroan pada proyek-proyek internasional.

Juan Harahap menekankan bahwa ekspansi ke segmen bernilai tinggi seperti EPC/EPCI diproyeksikan akan menaikkan tingkat profitabilitas PTRO secara struktural.

Margin EBITDA: Berkat inisiatif ekspansi ini, margin Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) PTRO diperkirakan akan naik signifikan menjadi di atas 19,2% pada perkiraan tahun 2026 (naik dari 14,0% pada 2024).

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI