- PLN Indonesia Power sukses uji coba lanjutan cofiring hidrogen di PLTDG Bali Pesanggaran pada 18–20 November 2025.
- Pengujian 2025 meliputi tiga variasi beban, mencapai rasio cofiring hidrogen maksimum 23 persen.
- Keberhasilan ini merupakan fondasi penting bagi upaya PLN IP menurunkan emisi dan mendukung target NZE 2060.
Suara.com - PLN Indonesia Power (PLN IP) menggelar uji coba lanjutan cofiring hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali Pesanggaran.
Pengujian pra-operasi ini berlangsung pada 18–20 November 2025 dan menjadi kelanjutan dari uji hidrogen yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya.
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta, mengatakan keberhasilan rangkaian pengujian tersebut menjadi bukti kesiapan perusahaan dalam mengadopsi teknologi energi bersih secara nyata.
"Ini adalah fondasi penting bagi upaya kami menurunkan emisi, meningkatkan efisiensi, sekaligus memperkuat portofolio energi bersih perusahaan. Kami bertericofiring kepada seluruh mitra yang telah berkontribusi, dan Indonesia Power akan terus melanjutkan inovasi demi mendukung target Net Zero Emission 2060," ujar Bernadus seperti dikutip, Selasa (16/12/2025).

Sementara itu, VP Technology Development PLN Indonesia Power sekaligus penanggung jawab program cofiring hidrogen, Hedwig Lunga Sampe Pajung, menjelaskan bahwa pengujian tahun ini dilakukan dengan pendekatan yang lebih komprehensif dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika pada 2024 pengujian hanya dilakukan pada beban penuh dengan rasio cofiring 7 persen, pada 2025 pengujian dilakukan pada tiga variasi beban.
"Pengujian kali ini kami lakukan pada beban 75 persen, 85 persen, dan 100 persen kapasitas mesin. Hasilnya, rasio cofiring hidrogen mencapai 23 persen pada beban 75 persen, 22 persen pada 85 persen, dan 17 persen pada 100 persen. Dengan variasi ini, kami bisa melihat perilaku mesin di berbagai kondisi operasi dan menentukan batas maksimum hidrogen yang aman untuk setiap level beban," jelasnya.
Dari sisi teknis, pengembangan difokuskan pada sistem suplai hidrogen melalui penggunaan Pressure Regulator System (PRS) berbasis Programmable Logic Controller (PLC) dan Human Machine Interface (HMI). Sistem ini memungkinkan pengaturan injeksi hidrogen yang lebih presisi dan aman.
"Dengan kontrol elektronik penuh, proses feeding hidrogen menjadi jauh lebih stabil dan presisi," tambah Hedwig.
Baca Juga: PLN Jamin Ketersediaan SPKLU demi Kenyamanan Pengguna Kendaraan Listrik Sepanjang Nataru
Selain itu, hasil pengujian juga menunjukkan indikasi peningkatan efisiensi pembakaran. Pada beban yang sama, konsumsi energi total dari gas alam dan hidrogen tercatat lebih rendah dibandingkan pembakaran murni gas alam.
Kondisi ini diduga karena hidrogen membantu pembakaran lanjutan karbon monoksida (CO), yang tercermin dari kadar emisi CO yang lebih rendah saat cofiring.
Pelaksanaan cofiring hidrogen ini menjadi bagian dari dukungan PLN Indonesia Power terhadap roadmap transisi energi nasional dan target Net Zero Emission (NZE) 2060. Hedwig menegaskan, keberhasilan teknis pengujian ini menunjukkan potensi hidrogen sebagai sumber energi bersih yang dapat diterapkan secara berkelanjutan.
"Jika keekonomiannya juga terpenuhi, hidrogen dapat disuplai secara kontinu sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi pembangkitan," pungkasnya.