"Kalau soal biaya, saya jujur tidak bisa karena bapaknya juga pekerjaannya ndak tetap. Kadang ada kadang juga tidak. Kalau ada turnamen maksud saya tidak usah ikut karena masalah uang tadi, karena bapak juga sudah sakit-sakitan," tutur Kalsum, ibu kandung Supri saat ditemui Suara.com di kediamannya.
![Kalsum, ibu Supriadi, pemain timnas U-16 [Suara.com/Dimas Angga P]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/08/02/70483-kalsum.jpeg)
Mengadu nasib ke Jakarta. Jual sepatu dan baju untuk bisa makan
Jarang turun di turnamen galadesa, tekad Supri untuk menjadi pemain sepak bola tak padam. Suatu hari, Supri pun mendapat kesempatan untuk meraih cita-citanya di Jakarta dari klub Blue Eagle.
Merantau ke Jakarta saat duduk di kelas 8 (SMP), kenyataan pahit justru harus diterima Supri. Bukannya membaik, Supri malah terlantar dan tak terurus. Bahkan untuk makan dan membayar sekolah, Supri terpaksa menjual baju dan sepatu bola kesayangannya.
Mendengar kondisi Supri saat itu, Kalsum tak tega. Namun apa daya yang dimiliki wanita 57 tahun itu. Tak ada biaya untuk datang ke Jakarta dan membawa pulang sang buah hati. Kalsum hanya bisa berdoa.
"Sebenarnya saat mau ke Jakarta, saya sempat menolak. Biar sekolah dulu di SMP 23, tapi hanya sampai kelas 7 saja. Namun klub Blue Eagle, terus mendesak, dia meneruskan kelas 8 dan 9 di Jakarta. Tapi nyatanya, Supriadi malah ditelantarkan," kata Kalsum.
Tuhan pun mendengar doa Kalsum. Pintu menuju karier terbuka buat Supri lewat Timnas Pelajar.
Saat itu Supri yang tengah sakit menghubungi PSSI dan menceritakan kondisinya. PSSI pun mengambil dan merawat Supri yang tengah sakit dan memberinya kesempatan tampil di timnas pelajar.
Tergabung di timnas pelajar, dua turnamen diikuti Supri, yaitu di Malaysia dan Cina.
Baca Juga: Bukan karena Murah, Ini Alasan Lelaki Lebih Senang Belanja Online
"Untungnya dia punya nomor orang PSSI, jadi dia tertolong dan dibawa PSSI untuk dirawat dan masuk ke Timnas Pelajar," ceritanya sambil teteskan air mata.