Dengan banyaknya ekspektasi yang dibebankan kepadanya dan situasi sepak bola Indonesia yang dimadu keberhasilan di SEA Games 1991, bisa dikatakan bahwa Ivan Toplak datang di waktu yang salah.
Pendeknya waktu serta besarnya ekspektasi membuat Ivan Toplak tak bisa menerapkan metode melatihnya yang dikenal mengandalkan fisik dan mental pemain, seperti Anatoli Polosin.
Minimnya waktu tersebut membuat metodenya tak berjalan. Hasilnya? Indonesia tampil buruk dan gagal tampil di Piala Asia 1992. Di ajang tak resmi sekelas Piala Kemerdekaan 1992, Indonesia arahan Ivan Toplak tak bisa berbuat banyak.
Puncak buruknya performa Indonesia terjadi di SEA Games 1993. Skuat Garuda gagal meraih medali karena berstatus tim terbaik keempat.
Pada tahun 1993 itu pula kontrak Ivan Toplak berakhir. Setelahnya, mendiang memutuskan untuk pensiun dari dunia sepak bola yang membesarkan namanya.
Kontributor: Zulfikar