Suara.com - Piala Super Eropa atau UEFA Super Cup dikenal sebagai salah satu laga prestisius di benua biru. Siapa sangka, awal mula hadirnya ajang ini karena dominannya klub-klub Belanda.
Piala Super Eropa merupakan sebuah ajang yang mempertemukan jawara Liga Champions dan Liga Europa (Piala UEFA) dalam satu musim kompetisi.
Jauh sebelumnya, ajang ini mempertemukan juara Liga Champions dan juara Piala Winners UEFA yakni sebelum musim 1999-2000.
Sebagai informasi, sejak tahun 1998 hingga 2012, Piala Super Eropa selalu digelar di Stadion Louis II, Monako. Selepasnya, UEFA mulai melakukan pemilihan stadion.
Untuk tahun 2021 ini, Piala Super Eropa digelar di Belfast, Irlandia Utara di mana Chelsea yang berstatus juara Liga Champions, berhadapan dengan Villarreal selaku juara Liga Europa.
Di laga yang berlangsung Kamis (12/8/21) dini hari WIB tersebut, Chelsea berhasil menggondol piala ke London usai mengalahkan Villarreal lewat drama adu penalti.
Keberhasilan ini menjadi keberhasilan kedua Chelsea di Piala Super Eropa. Sebelumnya, The Blues menjuarai ajang ini pada tahun 1998 yang kala itu berstatus juara Piala Winners dan berhadapan dengan Real Madrid.
Kembali ke Piala Super Eropa, ide terciptanya ajang ini semata-mata untuk menentukan siapa yang terbaik di benua biru antara dua tim yang merajai dua kompetisi elit.
Ternyata, penentuan tim terbaik Eropa ini tak lepas dari kehebatan klub-klub Belanda yang menguasai kompetisi benua biru. Lantas, bagaimana kisahnya?
Baca Juga: Chelsea Juara Piala Super Eropa, Hakim Ziyech Dibekap Cedera Bahu
Kehebatan Klub-klub Belanda
Di era 1970 an, sepak bola Belanda tengah naik daun. Saat itu, dalam empat musim beruntun yakni sejak tahun 1970 hingga 1973, klub asal negeri Kincir Angin menjuarai European Cup (Liga Champions).
Waktu itu, Feyenoord Rotterdam yang menancapkan tajinya pertama kali dengan menjuarai European Cup 1970. Setelahnya, giliran Ajax Amsterdam yang menjuarainya di tahun 1971, 1972 dan 1973.
Karena dominasi klub asal Belanda itulah, wartawan De Telegraaf, Anton Witkamp, memiliki ide untuk membuat pertandingan guna menentukan yang terbaik di Eropa dengan mempertemukan juara European Cup dengan Piala Winners.
Ide Witkamp ini disampaikan ke Presiden Ajax saat itu, Michael van Praag pada 1972. Setelahnya, ide ini juga diajukan ke UEFA agar menjadi laga resmi.
Sayangnya, ide tersebut ditolak oleh Presiden UEFA kala itu, Artemio Franchi. Penolakan ini berlandaskan fakta bahwa Rangers selaku juara Piala Winners tengah mendapat hukuman akibat ulah fansnya.