"Mari kita terima saja hasil itu dan memberikan sebaik-baiknya yang kita bisa setiap hari dalam rangka menciptakan suasana terbaik di sekitar tempat ini," kata Arteta seperti dikutip AFP.
Harus begitu memang, karena tanpa energi positif akan sulit memetik poin dari dua pertandingan berat yang juga ujian terberat tersebut.
Arteta tak boleh membiarkan Arsenal tanpa poin menjelang jeda internasional September mendatang.
Kalah lagi akan membuat Arteta yang memiliki DNA Arsenal sehingga dianggap mengetahui luar dalam The Gunners, bisa bernasib sama dengan Frank Lampard yang dipecat Chelsea musim lalu.
Arsenal sendiri kabarnya bakal mengevaluasi posisi asisten Pep Guardiola di Manchester City itu, Desember mendatang.
Kenyataannya, tugas memimpin Arsenal sungguh pekerjaan yang sulit karena dalam 15 tahun terakhir klub ini sudah mengalami kemunduran hebat.
Setelah berinvestasi besar-besaran untuk stadion baru, Arsenal dihadapkan kepada dunia yang ternyata sudah berubah, bahwa era ini tingkat keuangan klub tak terlalu tergantung kepada skala stadion atau kapasitas perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, melainkan kepada sokongan oligarki atau negara.
Alih-alih Arsenal dijual kepada pemilik yang memprioritaskan berbagi dividen ketimbang memenangkan trofi.
Pada saat bersamaan, Arsenal membiarkan diri terlalu lama dipimpin seorang manajer yang menua (Arsene Wenger) sehingga terjerembab dalam kemunduran struktural dan mentalitas.
Segala upaya menerapkan metodologi modern tak menuai hasil meyakinkan. Dan ini bukan hanya menyangkut seberapa banyak uang yang dibelanjakan, melainkan juga apa yang dibelanjakan.
Pemain-pemain besar berharga mahal seperti Pierre-Emerick Aubameyang, Alexandre Lacazette, Mesut Ozil dan Nicolas Pepe, sampai kini tak menunjukkan diri mereka pantas berharga mahal.
Wajar jika muncul pertanyaan, seberapa lebih baik Arsenal setelah mengeluarkan Rp2,5 triliun selama jendela transfer musim panas ini.
Ben White yang dibeli seharga Rp981 miliar musim panas ini memang bek tangguh, tapi dia berkembang karena formasi tiga bek yang dianut klub lamanya Brighton.
Namun saat dipasang sebagai dua palang pintu kembar oleh Arsenal ketika melawan Brentford itu, manakala catatan keberhasilannya dalam memenangkan bola atas tidak semeyakinkan bek-bek tengah seperti Harry Maguire di Manchester United yang memiliki efektivitas 72 persen ketika White hanya 51 persen, sungguh pilihan yang ceroboh.
Lebih Rendah dari Emery