Beruntungnya Manchester United Dapatkan Ralf Rangnick, Mentor Klopp dan Tuchel

Syaiful Rachman Suara.Com
Jum'at, 26 November 2021 | 22:05 WIB
Beruntungnya Manchester United Dapatkan Ralf Rangnick, Mentor Klopp dan Tuchel
Ralf Rangnick saat masih menjabat sebagai pelatih kepala RB Leipzig. [Odd ANDERSEN / AFP]

Sebagaimana Klopp, Ringnick benci main bertahun, bahkan sewaktu aktif menjadi eksekutif Red Bull dia pernah berkata, "sepak bola Red Bull kami itu heavy metal, rock and roll, bukan waltz yang lamban. Kami benci umpan melingkar, umpan ke belakang. Cuma menguasai bola di daerah sendiri itu sungguh tak masuk akal."

Rangnick pernah berteori 60 persen gol tercipta kurang dari 10 detik setelah tim pencetak gol merebut bola dari lawan. Dalam kata lain, gol tercipta karena tim menekan lawannya.

Prioritaskan Pemain Muda

Teori itu sendiri dikuatkan oleh data Liga Inggris di mana gol-gol semacam itu memang lebih sering diciptakan tim-tim yang gemar menekan lawan.

Dalam kaitan ini, Liverpool menjadi tim kedua yang paling senang beroperasi di sepertiga terakhir lapangan; Southampton yang dilatih Ralph Hasenhuttl yang bareng Rangnick di Red Bull Salzburg dan RB Leipzig, menempati urutan kelima; Chelsea yang dilatih Tuchel menduduki urutan keenam. Sedangkan Manchester United berada pada urutan ke-17 atau menjadi tim yang paling malas menekan lawan.

Untuk mempraktikkan sepak bola seagresif itu, Rangnick bertumpu kepada pemain muda. Dia tak menyukai pemain-pemain uzur yang lamban menekan lawan.

Ini bisa menjadi masalah bagi Cristiano Ronaldo yang sudah berusia 36 tahun dan kadang dituding kurang aktif membantu menekan atau menghalau tekanan.

Apakah Ronaldo mesti menyesuaikan diri dengan filosofi Rangnick atau Rangnick yang harus berkompromi? Dari rekam jejaknya, Rangnick bukan pelatih yang gampang diajak kompromi.

Pernah suatu waktu dia dilirik AC Milan namun menampiknya setelah klub itu merekrut Zlataan Ibrahimovic yang sudah berusia 38 tahun.

Baca Juga: Leonardo: PSG Tidak Ingin Mauricio Pochettino Pergi

Rangnick acap terlihat hanya menginginkan pemain-pemain muda nan enerjik sehingga tak heran jika rata-rata pemain Hoffenheim dan klub-klub milik Red Bull, berusia 23 tahun ke bawah.

Roberto Firmino adalah pemain terakhir yang direkrutnya sewaktu masih di Hoffenheim, lalu Sadio Mane, Joshua Kimmich dan Erling Haaland yang semuanya produk muda klub-klub Red Bull yang dia pimpin.

Semestinya rekam jejak Rangnick yang piawai mengidentifikasi pemain muda saat berposisi direktur olahraga dan ahli merawat bakat muda sewaktu menjadi pelatih, menguntungkan United yang berlimpah pemain muda.

Pemain seperti Marcus Rashford yang berusia 23 tahun, Mason Greenwood (20 tahun) dan Jadon Sancho (21 tahun) bisa sangat diuntungkan oleh kedatangan Rangnick.

Pun demikian dengan Donny van de Beek yang teramat sering disisihkan oleh mantan manajer Ole Gunnar Solskjaer.

Pemain-pemain muda yang umumnya beroperasi di lini tengah dan sepertiga terakhir lapangan ini menjadi pihak yang paling diuntungkan oleh kehadiran Rangnick, apalagi dia mewarisi keroposnya lini tengah sehingga MU terlalu sering disudutkan lawan.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI