Permasalahan ini tidak bisa diselesaikan sepihak. Ada banyak faktor eksternal yang mempengaruhi. Namun, ada dua hal yang pasti, yakni di PSSI dan pemain sendiri.
PSSI selaku induk sepak bola Indonesia harus menyediakan banyak kompetisi usai muda dan berjenjang. Karena dari situ, bibit-bibit pemain besar itu akan muncul.
PSSI harus menyiapkan kompetisi yang jelas setiap tahunnya. Piala Soeratin, Liga 1 U-18, hingga Liga 1 U-20, wajib diorganisasi lebih baik alias jangan asal jalan, sehingga jenjangnya terlihat.
Pemain bisa menikmati kompetisi lebih panjang agar kemampuan terasah. Jika hanya format grup atau gugur, pemain tidak akan mendapatkan kesempatan lebih untuk berkembang. Setelah kalah satu sampai tiga laga, mereka akhirnya pulang karena gugur.
Jika PSSI mampu menyediakan kompetisi yang banyak untuk mengembangkan kemampuan, giliran sang pemain menunjukkan tekadnya. Berlatih dengan tekun dan tak gentar bersaing dengan pemain asing ketika sudah menjadi profesional.
Semoga segera muncul striker pribumi yang ganas di Liga Indonesia. Tidak hanya gembar-gembor ketika usia muda, tetapi juga konsisten menunjukkan kemampuan terbaiknya hingga usia emas. Bangkitlah cakar-cakar Garuda!