Dia mengajak para pemimpin dunia menarik energi positif dari sepak bola dan Piala Dunia 2022.
Jokowi juga memberikan kesempatan kepada Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach untuk berbicara. Setali tiga uang, Bach juga mengajak dunia merenungkan posisi penting olahraga dalam menjembatani perdamaian.
Jokowi, Infantino, dan Bach tidak sedang melebih-lebihkan peran olahraga. Mereka hanya berusaha mengajak dunia berhenti dari saling memusuhi dan saling membunuh. Infantino menekankan ajakan itu dengan momen saat 5,5 miliar pasang mata di seluruh dunia tercurah pada Piala Dunia selama sebulan.
Ketiga pemimpin hanya meneruskan ajakan agung yang diserukan umat manusia dari zaman ke zaman.
![Para penduduk lokal menyiapkan bom molotov untuk mempertahankan kota, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar besaran ke Ukraina. [Dok.Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/03/02/11070-perang-ukraina.jpg)
Memupus Permusuhan
Jika manusia cermat mempelajari sejarahnya, maka akan didapat fakta bahwa olahraga memang kerap menjadi salah satu saluran dalam mana perdamaian bisa diciptakan dan peperangan bisa dihentikan.
Mungkin penghentian perang itu tidak permanen, tetapi masih lebih baik ketimbang terus saling membunuh.
Olimpiade saja bermula dari upaya manusia berhenti menumpahkan darah sesamanya, walau hanya untuk sementara.
Lagi pula, kalau perang hanya membawa kehancuran dan menyemai kebencian yang acap teramat sulit untuk dipupus sampai beberapa generasi, maka olahraga dan sepak bola justru membawa kebahagiaan, kebersamaan, dan harapan seperti disebut Jokowi dan Infantino.
Baca Juga: Siap Ambil Risiko Demi Fans, Son Heung-min Bakal Kenakan Topeng Zorro di Piala Dunia 2022
Sudah banyak cerita tentang betapa agungnya sepak bola dalam menciptakan kegembiraan dan kebersamaan serta memupus permusuhan, walau tak lama.