Suara.com - Nasib Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia masih belum jelas. Hal itu memunculkan spekulasi apa dampak yang akan terjadi andai juru latih asal Korea Selatan itu meninggalkan skuad Garuda.
Shin Tae-yong dikontrak PSSI sebagai pelatih Timnas Indonesia dari 2019 hingga 2023. Namun, setelah Piala Asia 2023 mundur ke awal tahun depan, durasi kontrak sang pelatih pun disesuaiakan.
PSSI memastikan Timnas Indonesia akan tetap dipimpin Shin Tae-yong pada Piala Asia 2023 yang akan berlangsung di Qatar dari pertengahan Januari hingga awal Februari 2024.
Namun setelahnya, belum ada kejelasan terkait nasib Shin Tae-yong. Andai tak diperpanjang, PSSI bakal segera mencari sosok penggantoi.
Meskipun pergantian pelatih dalam tubuh tm nasional merupakan sebuah keniscayaan dan suatu hal yang lumrah dalam sepak bola, kepergian Shin Tae-yong bakal menimbulkan tanda tanya besar terkait nasib Timnas Indonesia ke depan.
Pasalnya, meski belum memberikan prestasi berupa trofi, Shin Tae-yong telah mendongkrak level Timnas Indonesia ke arah yang jauh lebih baik.
Dia menjadi pelatih pertama yang meloloskan Timnas Indonesia ke tiga kelompok umur Piala Asia yakni U-20, U-23 dan senior.
Selain itu, Shin Tae-yong juga berhasil mengatrol ranking FIFA Timnas Indonesia dari 170-an menjadi 147 pasca FIFA Matchday September 2023.
Lalu, apa dampak andai Shin Tae-yong tak lagi melatih Timnas Indonesia?
1. Gaya Main Berubah

Pergantian pelatih jelas bakal mengubah gaya bermain Timnas Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir telah dibentuk Shin Tae-yong.
Dengan bekerja simultan di timnas kelompok umur serta senior, Shin Tae-yong secara perlahan membentuk gaya main skuad Garuda dengan karakter yang jelas.
Timnas Indonesia di bawah asuhan STY tampil solid dalam bertahan dan tak lagi bermain umpan lambung, tetapi lebih mengandalkan umpan-umpan pendek untuk membangun serangan.
Sebagai contoh, tanpa kehadiran Shin Tae-yong, Timnas Indonesia U-24 yang diasuh Indra Sjafri pada Asian Games 2022 terlihat kesulitan.
Rizky Ridho dan kawan-kawan memang unggul dalam penguasaan bola, tetapi sama sekali tidak memiliki ketajaman untuk mengonversi peluang.