Bagi Hinca, adanya drama ini merupakan hal yang biasa di kancah sepak bola. Apalagi hubungan pelatih dan pemain adalah kunci dari kesuksesan suatu tim.
“Namun, di dunia kepelatihan, relasi antarpemain dan pelatih itu ibarat klop kunci dan gembok. Ketika mulai macet, risikonya adalah seretnya kinerja satu tim,” lanjut Hinca.
Sebagai informasi, Hinca Panjaitan sendiri bisa dikatakan cukup familier dengan drama-drama yang terjadi di kancah sepak bola.
Pria berusia 60 tahun itu punya rekam jejak mentereng di sepak bola Tanah Air. Tercatat, ia pernah menjadi pengurus PSSI dan pernah menduduki jabatan Ketua Komite Disiplin (Komdis) PSSI.
Tak cukup sampai di situ saja, Hinca juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2015 silam.
Bahkan Hinca sendiri sempat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada tahun 2016 menggantikan La Nyalla Mataliti.
Sepak terjangnya di PSSI pun cukup mentereng. Saat menjabat sebagai Ketua Komdis PSSI, Hinca pernah mendiskualifikasi PSIS Semarang dan PSS Sleman pada 2014.
Hinca mendiskualifikasi kedua tim tersebut akibat PSIS dan PSS memainkan sepak bola gajah di babak delapan besar Divisi Utama.
Tak hanya mendiskualifikasi kedua tim itu, Hinca bahkan turut menjatuhkan hukuman berat untuk pelatih, beberapa pemain, dan ofisial kedua tim tersebut. (Felix Indra Jaya)