PSSI menunjukkan komitmen serius dalam membina dan mempersiapkan Timnas Indonesia U-17 agar tampil lebih kompetitif di ajang bergengsi Piala Dunia U-17 2025. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa persaingan di level tersebut sangat ketat, mengingat Indonesia akan berhadapan dengan negara-negara kuat yang sudah memiliki tradisi panjang dalam sepak bola usia muda.
"Di Piala Dunia U-17 nanti, kita tidak bisa main-main. Lawan yang akan kita hadapi adalah tim-tim kuat, seperti Korea Utara yang dikenal disiplin dan tangguh, serta negara-negara elite seperti Jerman dan Argentina yang langganan tampil di ajang ini. Ini menjadi tantangan besar sekaligus motivasi untuk kita," ujar Erick.
Menurut Erick, pencapaian Timnas U-17 saat ini patut dibanggakan. Namun, ia menekankan bahwa pencapaian tersebut harus menjadi pijakan awal untuk membangun tim yang lebih solid dan siap bersaing di level dunia. Untuk itu, PSSI akan menyiapkan program yang lebih terstruktur, termasuk dari segi pelatihan, fasilitas, hingga laga uji coba internasional.
“Para pemain dan tim kepelatihan sudah memberikan kebanggaan tersendiri dengan perjuangan mereka. Oleh karena itu, PSSI akan memberikan perhatian lebih dalam mematangkan persiapan, baik secara teknis maupun mental. Harapannya, mereka tidak hanya sekadar tampil, tetapi bisa bersaing dan mencetak prestasi yang membanggakan di Piala Dunia U-17 nanti,” tambah mantan Presiden Inter Milan itu.
Lebih lanjut, Erick juga menyampaikan bahwa pembinaan usia muda menjadi salah satu fokus utama PSSI ke depan, apalagi FIFA telah menetapkan bahwa Piala Dunia U-17 akan digelar setiap tahun mulai 2025. Hal ini menuntut kontinuitas dalam pengembangan pemain muda agar selalu tersedia generasi yang siap bersaing di tingkat internasional.
Selain itu, Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung dua tahun sekali dan ajang Olimpiade, yang memiliki batas usia U-23 dengan jumlah peserta yang semakin terbatas, turut menjadi alasan kuat mengapa investasi dalam pembinaan usia muda tidak bisa ditunda lagi.
“Kita dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menyiapkan tim U-17 mendatang agar minimal bisa menyamai pencapaian tim hari ini, bahkan lebih baik. Karena itu, pembinaan Garuda Muda harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Ini bukan soal satu generasi, tapi soal kesinambungan,” jelas Erick.
Ia juga menambahkan bahwa pembinaan pemain muda harus dimulai dari level paling dasar, termasuk akademi sepak bola dan kompetisi usia muda yang rutin dan terstandarisasi. Kolaborasi dengan klub, sekolah sepak bola, dan pelatih lokal pun dinilai penting untuk memastikan proses pembinaan berjalan merata di seluruh daerah.
“Apalagi sekarang tantangannya makin ketat. Di Olimpiade, misalnya, kuota peserta dipangkas dari 16 menjadi hanya 12 negara. Artinya, ruang bersaing makin sempit. Kita harus mulai membangun tim sejak dini, mempersiapkan mereka secara panjang dan terarah, agar saat tiba waktunya mereka benar-benar siap bersaing,” pungkas Erick.
Baca Juga: SAH! Publik 2 Negara Rekomendasi Jay Idzes Kapten ASEAN All Stars Melawan Manchester United