Miris Peringkat Liga 1 Indonesia di Bawah Kamboja, PSSI: Jika Masih Seperti Ini...

Arief Apriadi Suara.Com
Sabtu, 19 April 2025 | 12:27 WIB
Miris Peringkat Liga 1 Indonesia di Bawah Kamboja, PSSI: Jika Masih Seperti Ini...
Posisi Liga 1 Indonesia yang kini berada di bawah Kamboja dalam peringkat kompetisi sepak bola Asia Tenggara memicu keprihatinan dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. [Dok. IG PSSI]

Tapi kini, dengan adanya VAR, nuansa pertandingan berubah drastis. Keputusan-keputusan krusial tak lagi hanya bergantung pada sudut pandang wasit utama, melainkan melalui analisa ulang tayangan video yang akurat.

Menyitat Antara, VAR bukan serta-merta muncul begitu saja. Sebelum resmi digunakan musim ini, teknologi ini terlebih dulu diuji coba di Stadion Indomilk Arena pada Maret 2024. Uji coba itu melibatkan puluhan wasit, asisten wasit, hingga operator tayangan ulang. Bimbingan langsung dari instruktur FIFA asal Malaysia memastikan bahwa persiapan teknis benar-benar matang.

Setelah sukses digunakan dalam delapan pertandingan babak Championship Series musim lalu, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) memutuskan untuk mengadopsinya secara penuh di musim ini. Hasilnya sangat terasa.

Menurut data resmi LIB per Januari lalu, VAR telah digunakan dalam 153 pertandingan hanya dalam setengah musim, memeriksa 642 insiden—rata-rata lebih dari empat kali per laga. Dari 66 kali on-field review, sebanyak 58 keputusan berubah. Sisanya tetap dipertahankan setelah ditinjau.

Statistik menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk memutuskan insiden lewat VAR bervariasi: sekitar 44 detik untuk gol, lebih dari 60 detik untuk penalti, dan hampir 3 menit untuk kartu merah. Namun waktu tambahan ini dibayar dengan kualitas keputusan yang jauh lebih baik.

Sebanyak 576 pemeriksaan dilakukan tanpa perlu wasit meninjau layar secara langsung (OFR). Dari jumlah tersebut, 556 keputusan dikonfirmasi dan 20 diubah berdasarkan hasil rekaman.

Meskipun belum sempurna, Direktur Operasional LIB Asep Saputra menyebut pihaknya terus menjalin komunikasi dengan wasit, pelatih, hingga suporter demi menyempurnakan penggunaan teknologi ini. "Tujuan kami sederhana: menciptakan kompetisi yang adil dan berkualitas," ujarnya.

Musim ini, Liga 1 kembali ke format home and away penuh—tanpa babak Championship Series seperti musim lalu. Sistem ini membuat setiap poin menjadi sangat berarti, karena juara liga akan ditentukan dari klasemen akhir, bukan playoff.

Saat ini, tiga tim masih berada di jalur perebutan gelar: Persib Bandung memimpin dengan 61 poin, disusul Dewa United dan Persebaya yang masih punya kans meskipun selisih poin cukup lebar.

Baca Juga: Dipecat tapi Masih Dekat-dekat, PSSI Kembali Rekrut Indra Sjafri?

Regulasi pemain asing juga berubah drastis. Bila sebelumnya klub hanya bisa mendaftarkan enam pemain asing (dengan satu slot dari negara ASEAN), kini kuota ditingkatkan menjadi delapan pemain asing dari negara mana pun. Kebijakan ini sempat menuai pro-kontra, tapi tujuannya jelas: mendongkrak kualitas kompetisi agar lebih kompetitif di level Asia.

Menurut pengamat sepak bola Kesit B. Handoyo, meski masih ada ruang untuk perbaikan, kehadiran VAR dan perubahan regulasi telah mendorong Liga 1 ke arah yang lebih profesional. “Ada kontroversi, iya. Tapi sangat jauh lebih baik dari sebelumnya,” katanya dikutip dari Antara.

Peningkatan kualitas ini juga terlihat dari peringkat Liga 1 di Asia Tenggara dan Asia. Berdasarkan data AFC terbaru, Liga 1 kini berada di posisi ke-5 di Asia Tenggara, naik satu tingkat dari sebelumnya. Di tingkat Asia, posisi Liga 1 juga naik dari peringkat ke-28 menjadi ke-25, dengan total 18,2 poin.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI