Suara.com - Brasil tengah menaruh harapan besar pada kegagalan Real Madrid musim ini. Namun, keinginan itu bukan didasari oleh rivalitas atau dukungan terhadap Barcelona, melainkan karena satu nama yang telah lama masuk radar Federasi Sepak Bola Brasil: Carlo Ancelotti.
Kegagalan Real Madrid dalam ajang Liga Champions menjadi sorotan di Brasil. Bahkan kiper Manchester City asal Brasil, Ederson, sempat bercanda bahwa ia siap menjegal langkah El Real demi mempercepat kedatangan Ancelotti sebagai pelatih tim nasional Brasil.
Meskipun City akhirnya kalah dari Madrid, harapan Brasil tetap menyala setelah Arsenal sukses menyingkirkan Los Blancos dari kompetisi elit Eropa tersebut.
Melansir dari ANTARA, tujuan utama Brasil bukanlah kemenangan Arsenal atau kekalahan Madrid, melainkan membuka jalan bagi Ancelotti untuk meninggalkan Santiago Bernabéu.
Sayangnya, peluang itu belum sepenuhnya terbuka. Real Madrid masih berada di jalur perebutan dua gelar domestik: LaLiga dan Copa del Rey.
Hingga kini, Madrid unggul empat poin dari Barcelona di klasemen sementara LaLiga dan akan menghadapi Blaugrana dalam final Copa del Rey pada 27 April mendatang.
Jika Ancelotti berhasil membawa timnya meraih satu atau bahkan dua trofi tersebut, maka kemungkinan Madrid akan mempertahankannya, sehingga keinginan Brasil bisa pupus.
Ketertarikan Brasil terhadap Ancelotti bukan kabar baru. Sejak mundurnya Tite pada Desember 2022, nama pelatih asal Italia itu terus dikaitkan dengan tim Samba.

Keinginan itu semakin menguat setelah Brasil mengalami kekalahan memalukan 1-4 dari Argentina dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 zona CONMEBOL—kekalahan terburuk sejak tahun 1964.
Baca Juga: Breakingnews! Luka Modric Beli Saham Klub Pemain Timnas Indonesia di Eropa
Lebih menyakitkan lagi, Brasil belum pernah menang melawan Argentina dalam enam tahun terakhir, termasuk saat kalah di final Copa America 2021, momen di mana Lionel Messi akhirnya mengangkat trofi bersama tim nasional.
Alasan Strategis Brasil Mengincar Ancelotti
Brasil mulai menyadari bahwa gaya sepak bola menyerang ala Samba tidak cukup untuk mendominasi kompetisi modern. Mereka butuh pelatih yang mampu mengelola tim dengan pendekatan strategis dan adaptif. Di sinilah nilai lebih Ancelotti terlihat.
Meskipun dikenal pragmatis dan tidak terlalu menganut filosofi sepak bola menyerang, Ancelotti terbukti sukses di berbagai klub top Eropa.
Ia mampu menyesuaikan taktik berdasarkan kekuatan lawan dan karakter tim yang dilatihnya. Kemampuan beradaptasi inilah yang kini dicari Brasil untuk mengembalikan kejayaan mereka.
Selain itu, hubungan personal Ancelotti dengan para pemain Brasil seperti Vinicius Junior, Rodrygo, dan Eder Militao menjadi nilai tambah. Ia dianggap sosok yang mampu menyatukan ego-ego besar di ruang ganti menjadi sebuah tim yang solid.
Meskipun Ancelotti belum pernah melatih tim nasional, ia adalah satu-satunya pelatih yang pernah menjuarai liga di lima liga top Eropa: Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, dan Prancis.
Prestasinya di Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub semakin menegaskan statusnya sebagai pelatih elite.
Namun, Brasil tak bisa menunggu lebih lama. Mereka tak ingin mengulangi masa paceklik trofi seperti antara tahun 1970 hingga 1994.
Terakhir kali Brasil juara Piala Dunia adalah pada 2002, dan jika gagal lagi pada 2026, maka mereka akan mencetak rekor paceklik terpanjang dalam sejarah mereka.
Brasil ingin memastikan Ancelotti sudah menjadi pelatih mereka sebelum jeda internasional bulan Juni, bertepatan dengan berakhirnya musim kompetisi LaLiga.
Tantangan: Real Madrid Masih Punya Target Besar
Meskipun Madrid gagal di Liga Champions, mereka masih mengincar gelar Copa del Rey dan LaLiga. Lebih dari itu, Madrid juga punya agenda besar lain: Piala Dunia Klub 2025, yang untuk pertama kalinya akan diikuti oleh 32 tim dan digelar di Amerika Serikat mulai 15 Juni hingga 13 Juli.
Turnamen ini bisa bersinggungan dengan jadwal pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Amerika Selatan.
Artinya, jika Madrid mempertahankan Ancelotti untuk memimpin di ajang tersebut, maka Brasil harus lebih bersabar lagi.
Namun begitu, Brasil tampaknya tetap yakin. Apalagi, kabarnya Madrid sudah mulai mendekati Xabi Alonso, pelatih Bayer Leverkusen, sebagai calon pengganti Ancelotti. Jika benar, maka pintu menuju Ancelotti ke Brasil akan semakin terbuka.
Dalam beberapa pekan ke depan, nasib Brasil akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana Madrid mengakhiri musim ini. Final Copa del Rey melawan Barcelona pada akhir pekan ini bisa menjadi titik balik yang menentukan masa depan Ancelotti.
Akhir dari kisah ini hanya punya dua skenario: Brasil berhasil mendapatkan Ancelotti dan memulai era baru yang menjanjikan, atau mereka hanya menjadi “pungguk merindukan bulan”, menunggu tanpa kepastian.