Di sisi lain, Indonesia mendapatkan suntikan semangat baru dari wacana kedatangan pemain naturalisasi.
Upaya PSSI dalam memperkuat tim dengan talenta diaspora sudah beberapa kali membuahkan hasil, seperti bergabungnya Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Rafael Struick.
Kini, Struijk bisa menjadi bagian dari strategi panjang untuk meningkatkan kualitas tim nasional secara menyeluruh.
Meski proses naturalisasi tak semudah membalikkan telapak tangan, optimisme tinggi terus digaungkan oleh berbagai pihak.
Jika berhasil bergabung tepat waktu, Struijk bisa menjadi pembeda saat menghadapi tekanan dari tim-tim besar seperti China dan Jepang di laga tersisa.
Langkah strategis Indonesia ini juga menjadi cerminan dari tren global dalam dunia sepak bola, di mana banyak negara memanfaatkan talenta diaspora untuk memperkuat kekuatan nasional mereka.
Timnas Indonesia pun tidak ingin tertinggal dalam persaingan ini, terlebih dalam upaya untuk tampil di Piala Dunia 2026 yang menjadi target besar sepak bola nasional.
Dengan segala dinamika ini, laga timnas Indonesia vs China pada 5 Juni mendatang bukan sekadar pertandingan biasa. Ini adalah duel harga diri, peluang terakhir, dan panggung unjuk gigi generasi baru sepak bola Indonesia.
Kontributor : Imadudin Robani Adam
Baca Juga: Siapa Ibrahim Diarra? Pernah Main di Indonesia Kini Antar Barcelona Juara UEFA Youth League