Identitas marga ini juga memberikan warna dalam perkembangan budaya Maluku.
Tradisi, adat istiadat, dan seni yang ada di Negeri Latuhalat tidak lepas dari pengaruh sejarah panjang marga Lekatompessy.
Sebagai bagian dari khazanah budaya, marga ini turut menyumbang dalam melestarikan warisan leluhur.
Seiring berjalannya waktu, keturunan marga Lekatompessy tersebar jauh hingga ke Belanda.
Mereka termasuk dalam rombongan 6.000 tentara KNIL asal Maluku yang beremigrasi ke Belanda pada masa pasca-perang.
Proses migrasi ini terjadi antara 1951 hingga 1953, ketika gerakan anti-kolonialisme semakin meluas di Indonesia.
Nah, dari peristiwa tersebut, lahirlah keturunan marga Lekatompessy yang dikenal hingga saat ini, termasuk nama-nama seperti Tijjani Reijnders dan Eliano Reijnders.