Para pemain ini berasal dari negara dengan tradisi sepak bola kuat seperti Argentina, Brasil, dan Spanyol, bahkan beberapa di antaranya pernah tampil di liga top Eropa dan Amerika Latin.
Contohnya, Garces adalah bek tangguh yang sempat bermain untuk Deportivo Alaves di LaLiga Spanyol. Ia bahkan menyatakan rasa bangganya bisa memperkuat Malaysia dan siap memberikan segalanya demi Harimau Malaya.
“Menjadi bagian dari pemain tim nasional Malaysia adalah suatu kehormatan yang luar biasa,” ujarnya.
Namun, proses naturalisasi ini tak lepas dari kontroversi. Beberapa pihak menuding bahwa Malaysia "membeli" pemain asing tanpa latar belakang atau ikatan darah dengan negeri Jiran.
Akun sepak bola asal Uruguay, @LaCeleste, bahkan menyindir proses ini sebagai upaya manipulatif.
“Saya yakin 100 persen, tidak ada satu pun pemain Argentina yang kakek dan nenek mereka berasal dari Malaysia. Mereka (Malaysia) sedang 'membeli' pemain. Pasti FIFA akan melarang jika ada negara Asia lain yang protes,” tulis akun tersebut.
Timnas Indonesia Tak Boleh Terlena Harga Pasar
Dengan skuad penuh pemain diaspora yang bermain di liga top Eropa seperti Emil Audero, Sandy Walsh, Thom Haye, hingga Nathan Tjoe-A-On, Timnas Indonesia memang terlihat lebih “mahal”. Tapi seperti yang ditegaskan Quang Huy, sepak bola tidak melulu tentang angka dan harga.
Malaysia kini mengandalkan gaya bermain yang lebih direct, disiplin, dan berkarakter Eropa. Hal ini dapat menjadi ancaman serius bagi Timnas Indonesia yang kerap mengandalkan permainan kombinasi dengan intensitas tinggi.
Baca Juga: Jay Idzes OTW Gabung Udinese, Media Italia: Ideal Jadi Suksesor Pemain Rp 312,87 Miliar
Jika tak waspada dan tampil tanpa kekompakan, bukan tak mungkin Timnas Indonesia akan kerepotan menghadapi skuad 'impor' Malaysia di ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 mendatang.
Kontributor : Imadudin Robani Adam