Tok! Erick Thohir Belum Mau Gelar Liga Putri

Kamis, 03 Juli 2025 | 14:32 WIB
Tok! Erick Thohir Belum Mau Gelar Liga Putri
Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengaku tidak apa-apa dihujat lantaran sampai dengan saat ini belum juga menggelar Liga Putri.

Suara.com - Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengaku tidak apa-apa dihujat lantaran sampai dengan saat ini belum juga menggelar Liga Putri.

Bukan tanpa sebab, Erick Thohir menjelaskan bahwa ada suatu hal yang memberatkan PSSI untuk menggelar liga untuk putri.

Salah satunya adalah ketidaktersediaan talenta-talenta putri di Tanah Air. Daripada cuma berjalan sebentar, Erick Thohir lebih memilih untuk tidak menjalankan Liga putri terlebih dahulu.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir bersama Andre Rosiade saat menutup Andre Rosiade Cup di ASIOP Training Ground, Bogor, Sabtu (28/6/2025). [Dok. Andre Rosiade Cup]
Ketua Umum PSSI Erick Thohir bersama Andre Rosiade saat menutup Andre Rosiade Cup di ASIOP Training Ground, Bogor, Sabtu (28/6/2025). [Dok. Andre Rosiade Cup]

"Karena sepak bola perempuan mati suri cukup lama, jadi kalau sekadar, 'Ayo! Liga Putri!' terus dibangun satu tahun, terus berhenti, karena talentanya tidak ada," kata Erick Thohir kepada awak media.

"Karena kami tidak mau liganya jalan, nanti mati lagi, jadi, saya dengan tekanan dihujat (karena) liga putri tidak jalan, saya (tetap) tidak berpikir tergesa-gesa," jelasnya.

Lebih lanjut, Erick Thohir menyebut pekerjaan PSSI ada tahapan prioritasnya seperti tim nasional, grassroots, dan kemudian kompetisi.

"Karena saya sebagai Ketua PSSI punya tanggung jawab lebih besar, membangun tim nasional, membangun grassroots, baru Liganya ada," jelasnya.

"Kami harap dengan adanya tim nasional yang berkembang, kami punya talenta yang cukup. Tapi, itu pun masih berisiko tinggi," tutupnya.

Cuplikan laga Timnas Putri Indonesia vs Kirgistan dalam babak kualifikasi Piala Asia. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.)
Cuplikan laga Timnas Putri Indonesia vs Kirgistan dalam babak kualifikasi Piala Asia. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.)

Erick Thohir mengaku mengenai belum bergulirnya liga putri juga sudah ditanyakan oleh kementerian terkait.

Baca Juga: Selamat Datang Pemain Keturunan Rp 2,8 Miliar Potensi Satu Klub dengan Mauro Zijlstra!

Lelaki yang juga menteri BUMN tersebut mengaku kepadanya bahwa tidak bisa memaksakan bergulirnya liga putri jika talentanya tak ada.

"Tadi Ibu Menteri (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) juga nanya gimana Liga Putri," ia menjelaskan.

"Kita bisa lihat teman-teman jumlah talentanya belum cukup, mau dipaksakan juga tidak mungkin," katanya menambahkan.

"Karena sepak bola perempuan mati suri cukup lama. Jadi kalau sekedar ayo Liga Putri terus dibangun satu tahun terus berhenti. Karena talentanya tidak ada," pungkasnya.

Komentar Pelatih Timnas Putri

Pelatih Timnas Indonesia Putri, Satoru Mochizuki tak membantah kalau ketiadaan kompetisi liga putri berpengaruh terhadap performa tim nasional.

Terbaru, Timnas putri takluk 0-2 atas Pakistan dalam laga kedua Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026 di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Banten, Rabu (2/7/2025).

Padahal, skuad Garuda Pertiwi sudah dihuni oleh sejumlah pemain naturalisasi, namun tetap gagal.

"Memang pentingnya ada lingkungan yang bisa bermain untuk sepak bola putri dari umur kecil sampai level top liga," kata Mochizuki usai laga.

Namun begitu, pelatih berkebangsaan Jepang tak ingin mengkambinghitamkan vakumnya kompetisi sebagai alasan.

"Tapi dari federasi sudah sangat membantu sepenuh tenaga dengan mengadakan TC yang panjang juga dan juga sudah membantu untuk mendatangkan pemain diaspora juga," kata pelatih berusia 61 tahun.

"Jadinya itu tidak bisa jadi alasan buat kami dan kami ingin terus berjuang lagi ke depannya. Saya tanpa alasan apapun ingin terus membuat tim ini lebih baik lagi," ujarnya.

Meski belum digelar hingga pertengahan 2025, wacana Liga Putri di Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak beberapa tahun lalu.

Kondisi ini membuat sepak bola putri di Indonesia tertinggal jauh dibanding negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea Selatan, bahkan Thailand dan Vietnam, yang telah memiliki liga reguler dan sistem pembinaan usia dini yang kuat.

Minimnya kompetisi membuat regenerasi pemain berjalan lambat, dan pencarian talenta baru menjadi sulit dilakukan secara konsisten.

Selain itu, tantangan lainnya adalah belum adanya ekosistem yang mendukung perkembangan sepak bola putri, baik dari sisi fasilitas, pelatih khusus, hingga minimnya eksposur media dan dukungan sponsor.

Banyak klub profesional yang belum memiliki tim putri, sementara di level amatir atau akademi, sepak bola perempuan juga belum menjadi prioritas.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI