Iris de Rouw bukan hanya sekadar pemain naturalisasi. Ia merupakan bagian dari gelombang baru pemain keturunan yang membawa harapan baru bagi sepak bola putri Indonesia.
Iris lahir di Rotterdam, Belanda, pada 21 April 2005, dan memiliki darah Indonesia dari sang nenek yang berasal dari Lumajang, Jawa Timur.
Sang nenek, Christina Salomonson, lahir di Lumajang pada 17 Januari 1949, dan merupakan asal muasal garis keturunan Indonesia dalam keluarga Iris.
Ibunya, Brigitte Antoinette Pacherin van der Heijden, lahir di Geldrop, Belanda, sementara ayahnya, Richard Theodorus Gerardus Lambertus de Rouw, berasal dari Zevenaar.
Iris resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) setelah menjalani sumpah kewarganegaraan di Kantor Dirjen AHU, Jakarta Selatan, bersama tiga pemain keturunan lainnya: Emily Julia Frederica Nahon (bek tengah), Felicia Victoria de Zeeuw (gelandang serang), dan Isa Guusje Warps (penyerang sayap kanan).
Dengan tinggi 174 cm dan berat 68 kg, Iris saat ini memperkuat Sparta Rotterdam. Ia memulai karier sejak usia 14 tahun di tim muda Sparta dan naik ke tim senior pada musim 2022/2023. Kini, ia menjadi pilihan utama tim Jong Sparta Rotterdam dan pelapis di tim utama.
Kemampuannya dalam menjaga gawang tak bisa dipandang sebelah mata. Iris dikenal memiliki refleks tajam, teknik diving mumpuni, serta distribusi bola yang presisi menggunakan kedua kakinya.
Keunggulan fisik dan teknis ini menjadikannya aset berharga bagi skuad Timnas Putri Indonesia.
Melalui laman resmi PSSI, Iris menegaskan komitmennya untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia:
Baca Juga: Dihajar Pakistan 0-2, Timnas Putri Indonesia Terancam Gagal ke Piala Asia 2026
“Saya sangat bangga dan bersyukur sudah resmi mengambil sumpah dan menjadi Warga Negara Indonesia. Tentunya ini kehormatan besar bagi saya. Ini lebih dari sekadar sepak bola, ini tentang mewakili sebagian dari diri saya dan asal usul saya.”