Indonesia, melalui PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir, mulai serius membentuk tim nasional yang kompetitif dengan memanfaatkan potensi diaspora yang tersebar di berbagai negara.
Pemain-pemain keturunan Indonesia yang telah berkembang di sistem sepak bola Eropa dinilai mampu membawa peningkatan signifikan, baik dalam kualitas permainan maupun mental bertanding.
Malaysia pun tidak tinggal diam. Dengan dukungan penuh dari Tunku Ismail Ibrahim, federasi sepak bolanya mengambil pendekatan serupa.
Proses pencarian pemain keturunan Malaysia dilakukan secara sistematis, bahkan melibatkan klub-klub besar seperti Johor Darul Ta'zim yang memiliki fasilitas modern dan manajemen profesional.
Namun, pendekatan ini bukan tanpa risiko. Ketergantungan terhadap pemain naturalisasi dinilai dapat menghambat regenerasi lokal, terutama jika tidak diimbangi dengan program pembinaan usia muda yang solid.
Selain itu, investasi besar yang diperlukan untuk meyakinkan para pemain diaspora agar bergabung dengan tim nasional juga menimbulkan pertanyaan soal keberlanjutan.