Suara.com - Ketua umum PSSI Erick Thohir mengaku mendapat peringatan dari badan sepak bola dunia, FIFA.
Peringatan atau kartu kuning dari FIFA ini disebabkan rangkap jabatan Erick Thohir sebagai ketua komite wasit PSSI.
Mendapat kartu kuning dari FIFA, Erick Thohir pun memilih untuk melepas jabatannya sebagai ketua komite wasit PSSI.
"Kenapa saya jadi komite wasit? siapa berani menyogok saya?" kata Erick Thohir dikutip dari Antara.
"Tapi itu pun, tahun depan sudah tidak boleh karena diperingatkan Federasi Sepak Bola Internasional," ungkap Erick Thohir.
![Menteri BUMN Erick Thohir. [Suara.com/Achmad Fauzi].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/09/77478-erick-thohir-menteri-bumn.jpg)
Ditegaskan oleh Menteri BUMN itu bahwa rangkap jabatannya di struktur PSSI semata untuk mengawal langsung reformasi perwasitan di Indonesia.
Ia mengungkapkan bahwa langkah ini hanya bersifat sementara dan akan segera digantikan oleh Yoshimi Ogawa.
PSSI telah menunjuk Yoshimi Ogawa, perwakilan dari Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA), sebagai Ketua Komite Wasit PSSI yang baru.
Kehadiran Ogawa juga bagian dari kerja sama antara PSSI dan JFA dalam upaya memperbaiki kualitas dan integritas wasit nasional karena terlibat dalam kerja sama teknis dengan PSSI sejak 2023.
Baca Juga: Skuat Timnas Indonesia U-23 Dirilis, Satu-Satunya Pemain Abroad pun Resmi Menghilang
"Yoshimi Ogawa tahun pertama jadi komite wasit di Indonesia pasti stres, karena belum paham benar landscape sepak bola kita," ujar Erick.
Untuk itulah, kata dia, Ogawa tetap didampingi dulu agar transisinya berjalan baik.
Ia mengajak seluruh media yang peduli pada dunia sepak bola untuk terlibat aktif dalam pembangunan sepak bola nasional, tidak hanya mengkritisi kekurangan, tetapi juga dalam mendukung langkah-langkah positif yang sedang dijalankan.
"Saya berharap media-media yang cinta sepak bola menjadi bagian dari pembangunan. Kalau memang ada kekurangan, silakan kritik. Tapi kalau ada yang baik, yang sedang dibangun, jangan tutup mata," kata Erick.
Pemberitaan yang tidak proporsional berisiko memadamkan semangat generasi muda yang tengah membangun mimpi mereka di dunia sepak bola.
"Anak-anak muda yang punya mimpi bisa jadi kecewa kalau melihat sepak bola disebut kisruh atau korup. Padahal sekarang sedang kita tata, sedang kita benahi," lanjutnya.