Ia tumbuh sebagai seorang pengungsi selama Perang Kemerdekaan Kroasia.
Laporan media internasional menceritakan bagaimana ia belajar menendang bola di tempat parkir hotel pengungsian, dengan suara bom dan granat menjadi latar belakangnya.
Sepak bola menjadi pelariannya dari trauma perang.
Julukan "Cruyff dari Balkan"
Jauh sebelum menjadi bintang dunia di Real Madrid, para pemandu bakat dan jurnalis di Eropa Timur telah menjulukinya "Cruyff dari Balkan".
Julukan ini diberikan karena gaya bermainnya yang cerdas, visinya, dan kemampuannya mengendalikan ritme, yang sangat mengingatkan orang pada sang legenda Belanda.
Pilihan nomor 14 di Milan seolah menjadi pemenuhan takdir dari julukan masa mudanya itu.
Nyaris Menjadi Rival Abadi
Pada tahun 2018, Modri nyaris membuat langkah mengejutkan dengan bergabung dengan rival sekota Milan, Inter.
Baca Juga: Kata Luka Modric Usai Dikontrak 1 Tahun oleh AC Milan
Media finansial olahraga seperti Calcio e Finanza melaporkan secara ekstensif saga transfer tersebut, yang pada akhirnya gagal terwujud. Kini, takdir membawanya ke sisi Merah-Hitam kota Milan.